lagi. Namun demikian Bisma sangat iba hati melihat sang ayah prabu Santanu jatuh
cinta kepada dewi Satyawati yang hanya mau dikawini bila keturunannya dapat naik
tahta. Melihat gelagat yang kurang pas itu, Bisma rela untuk melepaskan haknya
sebagai raja pengganti sang ayah. Bisma kemudian bersumpah akan hidup sendiri dan
tidak menikah selamanya (wadat). Ini berarti Bisma tidak menggantikan tahta
ayahnya, agar sang ayah bisa kawin dengan Satyawati. Pernikahan Santanu dengan
Dewi Satyawati berputra dua yaitu Citragada dan Wicitrawirya. Citranggada tidak
lama hidup dia mati muda maka Wicatrawirya yang menggantikan sang prabu sebagai
raja Hastina dengan istri dua dewi Ambika dan Ambalika dari negara Kasi. Belum
sampai punya keturunan prabu
Wicitrawirya meninggal. Oleh Satyawati Bisma disuruh mengawini kedua janda itu,
tetapi dengan tegas Bisma menolak. Kemudian dewi Satyawati menyuruh anaknya si
Abiyasa (Wiyasa) hasil perkawinannya dengan begawan Parasara untuk mengawini si
janda Ambika dan Ambalika dengan harapan ada keturunan dari silsilah Bharata yang
meneruskan menjabat sebagai raja di negara Astina.
Dewi Ambika yang menikah dengan resi Wiyasa punya keturunan laki-laki
bernama Dretharastra yang sejak lahir menderita buta dan tidak bisa menjadi raja.
Sedangkan pernikahan antara Wiyasa dengan Dewi Ambalika menurunkan anak laki-
laki bernama Pandhu si muka pucat. Pandhulah yang kemudian menduduki
singgasana kerajaan Hastina. Pandhu menikah dengan dua wanita yaitu Dewi Kunthi
dan Dewi Madrim. Pernikahanya dengan Dewi Kunthi berputra 3 laki-laki, yaitu
Yudhistira, Bima, Arjuna. Sedangkan pernikahanya dengan Dewi Madrim berputra 2
laki-laki, yaitu Nakula dan Sadewa. Sehingga Prabu Pandhu mempunya 5 orang anak,
dan kelima anak tersebut disebut Pandawa.
Drestharastra akhirnya menikah dengan kakak perempuan Sangkuni yang
bernama Dewi Gandari dan mempunyai keturunan 100 orang. Ketika Pandhu
meninggal, Drestharastra terpaksa menggantikan raja sementara meskipun buta.
Drestharastra menjabat raja hanya sementara, inilah yang menimbulkan perang besar
Bharatayuda selama 18 hari yang memakan korban sangat banyak.
Pada parwa yang kedua yaitu Sabhaparwa menceritakan tentang permainan
dadu hingga Pandawa menjalani hukuman. Usaha Kurawa untuk menghancurkan
Pandawa tidak pernah mau berhenti. Kali ini Pandawa yang sudah menempati
Indraprastha sebagai tempat berteduh diajak main dadu. Ternyata atas kelicikan orang
|