Start Back Next End
  
30
psikologis yang kuat dengan sang model, proses belajar sosial akan lebih terjadi.
Menurut White (1972 : 252) identifikasi muncul mulai dari ingin menjadi hingga
berusaha menjadi seperti model dengan beberapa kualitas yang lebih besar.
Teori Kognitif Sosial juga mempertimbangkan pentingnya kemampuan sang
“pengamat” untuk menampilkan sebuah perilaku khusus dan kepercayaan yang
dipunyainya untuk menampilkan perilaku tersebut. Menurut Bandura (1977:191)
self-efficacy
atau efikasi diri dan hal ini dipandang sebagai sebuah prasyarat kritis
dari perubahan perilaku. Misalnya dalam
tayangan film “Temple Grandin”,
diceritakan bahwa penderita autisme juga dapat menerima pendidikan selayaknya
orang normal. Teori kognitif sosial menyatakan bahwa tak semua penderita autisme
diberikan pendidikan selayaknya orang normal oleh orangtuanya. Dalam hal ini
orangtua
tersebut dianggap tidak mempunyai tingkat efikasi diri yang cukup untuk 
memberikan pendidikan yang  terbaik bagi anak penderita autisme.
Teori Kognitif Sosial memberikan sebuah penjelasan tentang bagaimana
perilaku bisa dibentuk melalui pengamatan pada model-model yang ditampilkan oleh
media massa. Efek dari pemodelan ini meningkat melalui pengamatan tentang
imbalan dan hukuman yang dijatuhkan pada model, melalui identifikasi dari
khalayak pada model tersebut, dan melalui sejauh mana khalayak memiliki efikasi
diri tentang perilaku yang dicontohkan di media.
Konsep Kognitif Sosial adalah penonton belajar dari apa yang mereka lihat
(observational learning). Di dalam hal ini penonton “Temple Grandin” yang
sebagian besar adalah orang-orang yang memiliki hubungan dengan penderita
autisme
sudah dapat di prediksi melakukan proses identification, yaitu penonton
Word to PDF Converter | Word to HTML Converter