23
diknya. Lekas setelah anak kedua cukup besar, ia pun akan ikut berladang.
Tugas mengasuh akan digantikan anak ketiga dan begitu seterusnya.
Jumlah anak yang besar juga memungkinkan suatu rumah tangga untuk
menggarap lahan dan menjalankan produksi rumahan (i. e membuat kue
untuk dijual) sekaligus. Dengan terbatasnya sumber pendapatan keluarga.
Anak dianggap sebagai jaminan hari tua. Pada awal masa revolusi industri
buruh anak-anak berbagi tugasyang samadengan orang dewasa. Lalu,
kemudian pasar juga menyerap perempuan ke dalam industri.
Lambat laun, seiring berkembangnya pasar, besaran gaji pun naik. Para
suami mulai menarik anak dan istri mereka dari kegiatan ekonomi. Peralihan
dari masyarakat agraris menuju industrial berdampak pada makin sedikitnya
anakyang secara ekonomi dibutuhkanoleh keluarga. Peran anak dalam
keluarga pun berubah, dari produsen jadi konsumen. Dengan demikian
bertambah pula biaya dan turunlah keuntungan (ekonomi) memiliki anak.
Revolusi industri juga mendorong permintaan tenaga kerja spesialis (i. e
insinyur, montir, atau tenaga pemasaran). Ini membuat kebutuhan akan
pendidikan terus tumbuh. Untuk pertama kalinya pemisahan tugas dan
kewajiban antara anak dan orang dewasa terjadi. Orang tua cari duit, anak
tugasnya belajar. Lewat pendidikan, diharapkan gaji yang bisa didapatkan
seorang anak (kelak) akan bertambah. Membesarkan anak bukan lagi
didasarkan pada tuntutan jaminan hari tua. Tapi, lebih pada kepuasaan
psikologis.
Setelah perang dunia II, konsep tentang keluarga tradisional mulai
populer di Amerika. Suami pencari nafkah (male-breadwinner) dan ibu
keluarga (female-homemaker) menjadi umum. Bentuk keluarga ini
merupakan aspirasi dari jutaan orang karena memiliki fungsi yang tinggi.
Tapi, wanita ternyata merasa tidak sebahagia partner mereka. Ini yang
membuat mereka masuk ke dunia ketenagakerjaan pada 1960-an. Tren ini
rupanya berlanjut hingga sekarang.
|