Start Back Next End
  
24
Bersamaan dengan terjunya wanita ke dalam dunia kerja laki-laki,
ketidaksetaraan terlihat makin kentara. Ini yang memicu menggelegaknya
gelombang perubahan. Pertumbuhan ekonomi selama beberapa dekade
terakhir juga membawa dua konsekuensi penting: 1. Biaya pengganti buruh
rumah tangga menurun, 2. Gaji wanita dan laki-laki terus meningkat.
Kombinasinya keduanya menyusutkan jumlah penganut “Keluarga
tradisional”.
Pekerjaan rumah tangga tidak lagi harus melibatkan ibu. Karena sudah
ada mie instan, makanan siap saji, mesin cuci, penanak nasi, dan alat rumah
tangga lain. Semua jadi makin mudah dan murah, sehingga keluarga bisa
lebih
sering liburan, menyekolahkan anak ke tempat mahal, atau bahkan
menyewa pembantu. Mode pengasuhan anak sekarang diserahkan pada
Babysitter atau keluarga batih (nenek, tante, atau om). Setelah masuk usia
sekolah anak juga disibukan dengan banyak pelajaran tambahan.
Semua dilakukan guna menjamin keberhasilan si anak di bidang
akademis. Sehingga masa depan yang diidamkan tercapai. Namun, keluarga
modern ternyata terlalu terobsesi akan hal ini. Orang tua mulai terlalu
mendramatisir kerapuhan jiwa anak dan makin memproteksi mereka dari
kegagalan. Akibatnya anak jadi sulit mandiri dalam menghadapi rintangan
2.2.5 Remaja-remaja Labil 
Setelah masa industri mulailah dikenal adanya konsep remaja. Dahulu
hanya ada anak-anak dan dewasa dalam istilah perkembangan. Remaja adalah
proses peralihan dari anak-anak menuju dewasa. Anak-anak yang dulu
kerjanya hanya main. Kini disibukan dengan perubahan fisik, psikologis, dan
seksual.
Remaja mulai mengembangkan identitas pribadi dan individuasi—
termasuk percintaan. Waktu kini lebih banyak dihabiskan untuk teman
sebaya. Remaja berhadapan dengan banyak tuntutan sosial, seperti: Mencapai
kemandirian emosional dari orang tua, mapan dalam hal ekonomi,
Word to PDF Converter | Word to HTML Converter