12
Perlu disadari bahwa prilaku ini bisa terjadi karena sangat kurangnya
sumber-sumber informasi tentang Tunanetra, bahkan di toko buku pun
pembahasan tentang permasalahan ini sangat sedikit atau tidak ada sama
sekali. Buku apapun dalam format Braille hanya bisa didapat dari segelintir
orang atau organisasi Tunanetra tertentu, yang mempunyai keterbatasan
sangat besar dalam masalah biaya produksi.
Sekarang ini Tuna netra hanya bisa mendapat pengajaran jika dia
berada di SLB atau panti sosial tertentu di bawah bimbingan guru yang
mempunyai latar belakang pendidikan khusus. Bagaimana dengan Tunanetra
yang tidak berada di SLB atau panti sosial?, mereka tidak bisa mendapatkan
bantuan ini dari siapapun di luar komunitas Tunanetra yang ada di Indonesia.
Kalaupun ada orang di luar komunitas Tunanetra yang ingin membantu,
orang-orang ini terhalang oleh kemampuan mereka. Contoh kasus, ada
seorang pemuda yang ingin membantu agar Tunanetra di Indonesia dapat
terbebas dari buta huruf, tapi bagaimana caranya?, sedangkan dia sendiri
tidak mengerti apa-apa tentang kebutaan, apalagi tentang aksara Braille.
Untuk menjalani pendidikan khusus di Universitas akan memakan waktu
yang lama.
Apa yang harus dilakukan?. Materi-materi tentang kebutaan dan
Braille harus lebih di tampilkan ke masyarakat secara langsung. Informasi-
informasi harus lebih mudah di akses. Materi-materi pengembangan diri
untuk Tunanetra harus tersedia di
toko buku atau perpustakaan, dengan cara
ini bahkan orang-orang biasa tanpa latar belakan pendidikan khusus dapat
berperan aktif untuk membantu Tunanetra untuk mencapai potensi mereka.
Untuk itulah awalnya dibutuhkan buku pengenalan Braille dan taktil yang
diharapkan dapat membuka pintu untuk hal-hal besar yang lain.
2.3 Tinjauan Khusus
2.3.1. Komunikasi
Komunikasi dapat diartikan sebagai proses penyampaian pesan,
informasi, ide, atau gagasan dari satu orang kepada orang lain menggunakan
media atau sarana guna mempengaruhi dan mengubah perilaku penerima
pesan.
|