| 
 surat kabar dan mendorong perubahan paradigma umum tentang posisi  
perempuan di masyarakat.  
f.  
Rahmah El-Yunussiyah  
Rahmah El-Yunussiyah merupakan pelopor pendidikan  
perempuan di Minangkabau yang berangkat dari keprihatinannya  
terhadap harkat dan martabat perempuan kala itu tidak dihargai.  
Beliau berhasil mendirikan sekolah bagi kaum ini dengan bantuan  
kakaknya. Selain di bidang pendidikan Rahmah juga aktif dalam  
organisasi kemasyarakat pasca pendudukan Jepang di Indonesia.   
g.  
H.R. Rasuna Said  
Rasuna Said merupakan murid dari sekolah yang didirikan  
Rahmah El-Yunussiyah di Minangkabau. Saat muda ia tertarik dengan  
dunia politik dan terjun ke dalam dunia pergerakan yang berkembang  
pesat di masa tersebut. Ia dikenal sebagai orator handal dengan  
kemampuan pidato yang luar biasa. Pidatonya berhasil  
membangkitkan semangat juang kaum muda untuk menolak  
kerjasama kooperatif dengan Belanda. Melihat ancaman ini Belanda  
menjatuhi hukum pelanggaran berbicara (spreek delict) pada beliau  
hingga sampai puncaknya Rasuna ditangkap dan diasingkan ke  
Semarang. Perjuangan terus berlanjut sampai kemerdekaan Indonesia  
terwujud dan ia pun dikenang sebagai pahlawan nasional atas jasanya  
di bidang pendidikan dan politik.  
h.  
Sholichah A. Wahid Hasyim  
Sholichah adalah istri dari A. Wahid Hasyim sekaligus ibunda  
dari Abdurrahman Wahid, presiden RI keempat.  
Sholichah aktif di  
kegiatan sosial berorientasi kemasyarakatan sepeninggal suaminya.  
Beliau mendirikan Ikatan Keluarga Pahlawan Nasional (IKPNI) dan  
beberapan yayasan sosial lainnya. Ia pun memfasilitasi markas PBNU  
dalam perlawanan terhadap PKI saat itu.  
Sholichah dikenal sebagai  
 |