8
Kemudian dari rumus tersebut disederhanakan oleh Hence menjadi :
............................. (2.3)
qu = c' Nc* + q' Nq* + 0,5 B N *
Dikarenakan letak pondasi tiang yang begitu dalam maka daya dukung per
satuan luas lebih bertambah
besar pada ujung tiang, qp, dan menurut Hence untuk
lebar pondasi dalam pondasi tiang akan dinotasikan dalam D, sehingga rumusnya
akan menjadi :
qu = qp = c' Nc* + q' Nq* + 0,5 D N * ....................... (2.4)
Dikarenakan lebar atau diameter penampang sangat kecil apabila
dibandingkan dengan kedalaman tiang, maka untuk rumus D N * dapat diabaikan,
sehingga rumus tersebut akan menjadi :
qp = c'Nc* + q' Nq* ........................................ (2.5)
Qp = Ap . qp = Ap (c Nc* + q' Nq*)............................. (2.6)
dimana :
qp = daya dukung ujung tiang per satuan luas (kN/m2)
Qp = daya dukung ujung tiang (kN)
c' = kohesi tanah pada ujung tiang (kN/m2)
q' = ' . Df ;
Df = kedalaman pondasi dalam tanah,
' = berat jenis tanah (drained)
Nc*, Nq* = faktor daya dukung
Ap = luas penampang tiang
Meyerhofs Method
Meyerhof menemukan beberapa metode untuk menemukan nilai Qp
berdasarkan jenis tanah pada ujung tiang. Metode tersebut dikenal
dengan nama Meyerhofs Method.
-
Tanah Pasir
Menurut Mayerhof, apabila ujung tiang tersebut terletak pada tanah
pasir, pada umumnya nilai qp akan meningkat berdasarkan
kedalaman. Apabila pondasi dalam terletak pada tanah pasir
|