Timing
Timing ata u perhitungan waktu ini tergantung dari banyaknya
jumlah lembaran gambar animasi. Mengatur timing yang salah
menja dikan gerakan anima si yang salah juga. Prinsipnya, makin banyak
frame gerakan a nimasi akan semakin lambat dan sebaliknya sedikit frame
gerakannya pasti le bih c epat. Artinya untuk membuat adegan slow
motion bera rti jumlah frame-nya akan berlipat ganda. Sebagai contoh,
gerakan a nimasi palu memukul paku. Apa bila frame yang dibuat terlalu
ba nyak, timingnya akan semakin banyak sehingga hasil animasi bukan
seperti memukul, tapi menjadi palu yang menyentuh paku. Padahal
de ngan timing yang tepat, misalnya cukup tiga sampai lima frame,
gerakan animasi memukul paku jauh lebih hidup dan natural. Untuk
menja di mahir dalam hal timing diperlukan pengalaman dan latiha n,
sehingga nganimasi dengan timing yang tepat adalah pemirsa ta hu apa
yang dimaksud oleh si animator.
Exaggeration
Agar penonton mengetahui action yang te ngah terjadi, maka detail
gerakan-gerakan seperti menghela nafas, ekspresi marah atau sedih, akan
lebih jelas terlihat oleh penonton bila gerakan animasinya di lebih-
lebihkan. Jadi dalam film animasi gerakan animasi yang dibuat
be rlebihan ini bertujuan untuk menunjukkan kondisi seperti sebenarnya
tetapi dalam bentuk yang le bih ekstrim. Misalnya saja menjadikan
be berapa gerak lebih karikatural. Apalagi ada ka limat yang menyatakan
ba hwa, film animasi ya ng tidak be rlebihan itu artinya film biasa dan
bukan animasi. Namun pada penggunaan prinsip berlebihan ini pe rlu
diperhatikan juga keselarasa n de ngan keseluruhan gaya dalam satu film,
artinya jangan sampai gerakan ekstrim karikatural ini malah me ngganggu
ke utuhan film. Harus ada keseimbangan dengan gerakan-gerakan
interaksi animasi lainnya antar satu karakter dengan ka rakter la in, juga
tetap kembali pa da kebutuhan cerita.
|