Pencarian identitas, yang di definisikan Erikson sebagai konsepsi
koheren diri, terdiri dari tujuan, nilai, dan keyakinan yang di percayai
sepenuhnya oleh orang yang bersan gkutan , menjadi fokus selama masa remaja.
Perkembangan kognitif remaja kini membuat mereka dap at mengonstruksikan
"Teori diri" (Elkind,1998). Seperti di tekankan oleh Erikson (1950), Usaha
remaja untuk memahami dirinya sendiri bukan merupakan "sejenis tekanan
kedewasaan". hal ini merupakan bagian dari kon disi yang baik, proses p enting
yang berdasarkan percapaian dari tahapan-tahapan sebelumnya, kepercayaan,
otonomi dan industri merupakan dasar bagi cara-cara mengatasi tantangan hidup
di masa dewasa.
Menurut Erikson (1968), tugas utama dari masa remaja adalah
menghadapi "krisis" dari identitas versus jejacauan identitas untuk menjadi oran g
dewasa yang unik dengan pemahaman diri sendiri yang koheren dan memiliki
peran yang bernilai dalam masyarakat. Konsep dari "krisis identitas" berdasarkan
pada pengalaman hidup Erikson.
Menurt Erikson, remaja membentuk identitas dengan menggabungkan
identifikasi sebelumnya menjadi "struktur psikologis baru, lebih besar dari
jumlah bagian-bagian yang membentuknya"(Kroger,1993, hal. 3). Identitas yan g
terbentuk saat remaja menyelesaikan 3 persoalan besar: pilihan pekerjaan, dan
pemilihan nilai-nilai untuk di terapkan dalam hidup, dan perkembangan identitas
seksual yang memuaskan "Krisis identitas" jarang terselesaikan secara penuh di
masa remaja, isu-isu yang berkaitan dengan identitas akan muncul lagi berulan g
kali sepanjang kehidupan masa dewasa.
2.1.5.2 Macam-macam Status Identitas
Status identitas merupakan paradigma perluasan dan pengembangan dari
teori psikososial Erik H. Erikson oleh James Marcia. Dalam paradigma ini
perkembangan status identitas telah men ghasilkan dua d asar dimensi, yaitu
eksplorasi
dan
komitmen.
|