![]() 2.2.5
Jenis Batik
Berdasarkan motif dan komposisi pewarnaan, batik dikelompokkan menjadi dua
jenis, yaitu :
a. Batik Keraton
Batik kraton adalah jenis batik yang dikembangkan dan digunakan di lingkungan
keraton. Motif dan penggunaannya diatur dengan norma-norma kraton. Karena setiap
corak menunjukkan status pemakainya, corak motif batik keraton disebut motif
larangan. Hal ini disebabkan pada awalnya motif-motif tertentu dilarang dikenakan
oleh masyarakat umum, kecuali oleh kerabat kraton. Dalam masyarakat kraton jawa,
membatik dianggap sebagai kegiatan pengabdian kepada raja.
Berikut adalah ciri batik keraton :
Berkembang di daerah keraton, baik Yogyakarta atau Solo.
Dipengaruhi oleh kebudayaan Hindu-Jawa
Memiliki motif dengan bentuk geometris
Motifnya bersifat simbolik
Komposisi warna yang digunakan terdiri dari sogan (cokelat kemerahan), indigo
(biru), hitam dan putih.
b. Batik Pesisir
Batik pesisir yaitu batik yang berkembang diluar keraton. Pertumbuhan pesisir
jawa bagian timur dimulai sejak masa pra islam abad ke 15 M dan 16 M. Orientasi
pengembangan seni batik pesisiran juga dipengaruhi oleh budaya keraton yang saat
itu menjadi pusat pemerintahan.
Dalam sejarah batik pesisir, seperti batik pekalongan, batik tegal, batik
indramayu, dan batik ceribon penyebarannya ke selatan, seperti kerawang, ciamis,
tasikmalaya dan garut. Hampir secara keseluruhan, pola batiknya mengambil pola
hias pada keraton ceribon.
Pilihan warna yang mencolok pada batik pesisiran tampaknya dipengaruhi warna
keramik pada masa dinasti Ming yang hanya diproduksi pada abad ke 17 M sampai
abad ke-18. Warna yang dominan selain warna biru dan putih juga berbagai warna.
(Rasjoyo. 2008. Ayo Belajar Batik I. Solo : Tiga Serangkai)
Berikut adalah ciri batik pesisir :
|