Home Start Back Next End
  
Berkembang di daerah selain Keraton (Cirebon, Pekalongan, Lasem, dll)
Dipengaruhi oleh kebudayaan Islam dan China
Memiliki motif dengan bentuk non geometris
Motifnya bersifat natural
Komposisi warna yang digunakan beragam.
2.2.6
Perbedaan Antara Batik Keraton dan Pesisir
Ada beberapa pandangan yang mengelompokkan batik menjadi dua kelompok seni
batik, yakni batik keraton (Surakarta dan Yogyakarta) dan seni batik pesisir.
       Motif seni batik keraton banyak yang mempunyai arti filosofi, sarat dengan
makna kehidupan. Gambarnya rumit/halus dan paling banyak mempunyai beberapa
warna, biru, kuning muda atau putih. Motif kuno keraton seperti pola panji (abad ke-
14), gringsing (abad 14), kawung yang diciptakan Sultan Agung (1613-1645), dan
parang, serta motif anyaman seperti tirta teja.
       Kemudian motif batik pesisir memperlihatkan gambaran yang lain dengan batik
keraton. Batik pesisir lebih bebas serta kaya motif dan warna. Mereka lebih bebas dan
tidak terikat dengan aturan keraton dan sedikit sekali yang memiliki arti filosofi.
Motif batik pesisir banyak yang berupa tanaman, binatang, dan ciri khas
lingkungannya. Warnanya semarak agar lebih menarik konsumen. (Rasjoyo. 2008.
Ayo Belajar Batik I. Solo : Tiga Serangkai)
2.2.7
Batik Pesisir
Pada zaman penjajahan Belanda, batik dikelompokkan menjadi dua kelompok besar,
yakni batik vorstenlanden dan batik pesisir. Yang disebut batik vorstenlanden adalah batik
dari daerah Solo dan Yogyakarta, sedangkan batik pesisir
adalah semua batik yang
pembuatannya dikerjakan di luar daerah Solo dan Yogyakarta.
Istilah batik "pesisir" muncul karena letaknya berada di daerah pesisir utara pulau
jawa seperti Cirebon, Indramayu, Lasem, Bakaran, Pekalongan dan lain sebagainya. Pola
yang ada pada batik pesisir lebih bebas dan warnanya lebih beraneka ragam, dikarenakan
Word to PDF Converter | Word to HTML Converter