Home Start Back Next End
  
Gambar 2.20  Pembuatan Batik
Sumber : Image Google
Karena motif Tionghoa inilah, Batik Lasem berbeda dengan batik Forstenlanden.
Fostenlanden adalah batik dengan motif kerajaan. Seperti batik yang berasal dari Solo,
Yogyakarta, Banyumas, dan Wonogiri, motif batik ini bersifat geometris. Pada zaman Belanda,
Lasem merupakan salah satu dari lima besar daerah penghasil batik termasuk Solo, Yogyakarta,
Pekalongan, dan Banyumas. Bahkan pada zaman dahulu, batik dari Lasem ini merambah
beberapa daerah di Indonesia, seperti Manado, Sumatera bahkan sampai ke Malaysia, Singapura,
Brunei dan Suriname. Kepopuleran batik Lasem di Suriname ini di bawa oleh orang-orang dari
Pulau Jawa yang dibawa oleh Belanda.
Selain pencampuran motif  dari China, di Lasem ini terdapat motif khas lainnya yaitu
motif Latoan
dan Batu Pecah/Kricak. Latoan adalah tanaman khas yang banyak terdapat di
sekitar pantai yang dapat dimakan sebagai urap. Karena banyak terdapat  di Lasem, maka motif
ini digunakan sebagai motif batik. Selain latoan, terdapat motif batu pecah. Motif ini memiliki
nilai sejarah. Pada zaman dahulu, tepatnya ketika Gubernur Jenderal Belanda, Daendels
membuat jalan dari Anyer sampai dengan Panarukan sepanjang 1000 km, para bupati diminta
menyerahkan para pemuda sebagai pekerja paksa mereka. 
Mereka berfungsi sebagai tenaga
kerja pemecah batu, dan pada 
zaman tersebut juga terjadi epidemik malaria dan influenza yang
menyerang Rembang yang menimbulkan banyak kematian di Rembang dan Lasem. Dampak dari
itu adalah kesedihan mendalam bagi masyarakat Lasem. Kesedihan ini ditampilkan dalam bentuk
motif batu pecah. Namun, karena bagusnya motif ini maka daerah lain pun meniru motif
tersebut.
Word to PDF Converter | Word to HTML Converter