11
Ada empat tahapan pada XP project lifecycle, yaitu:
1.
Planning
Pada tahap ini disusun sebuah stories
yang menggambarkan
fitur dan fungsi dari software
yang akan dibuat. Klien menyusun
tingkatan stories tersebut berdasarkan prioritas dan pihak software
developer memperkirakan waktu
yang diperlukan untuk membuat
software. Misalkan terdapat story
yang memerlukan waktu lebih dari
tiga minggu untuk
diselesaikan, maka pihak klien diminta untuk
menyederhanakan stories
tersebut. Selain itu, stories
baru
dapat
muncul kapan saja (Pressman, 2010: 73-75).
2.
Design
Proses perancangan pada XP mengikuti prinsip Keep It Simple
(KIS). Perancangan harus sederhana karena mengikuti stories
yang
telah dibuat pada tahapan sebelumnya. XP
mendorong penggunaan
CRC (Collaborative-Resposibility-
Collaborator) cards yaitu
identifikasi dan organisasi class berorientasi objek serta spike solution
yaitu perancangan kemungkinan masalah dan jalan keluar. Pada tahap
selanjutnya juga terdapat proses refactoring
yang sangat berguna
dalam pembuatan perangkat lunak. Refactoring
merupakan proses
penyederhanaan algoritma maupun struktur program tanpa mengubah
hasil akhirnya untuk optimisasi, contoh penggunaan perulangan yang
meningkatkan performa dari software tersebut dan meminimasi bugs.
Tahap perancangan dapat terjadi sebelum dan sesudah pengkodean
program. (Pressman, 2010: 75-76).
3.
Coding
Setelah dua tahap sebelumnya selesai, software developer
sebaiknya tidak langsung melakukan pengkodean, namun melakukan
pengetesan pada setiap unit yang terdapat pada stories. Kemudian
pengembang software
sebaiknya fokus pada apa yang akan dibuat
untuk melewati tes tersebut. XP menyarankan teknik pair
programming. Setelah itu, tahap pengkodean segera dimulai dan diuji
agar segera mendapatkan feedback (Pressman, 2010:76).
|