Home Start Back Next End
  
29
malam,
di
panggung
utama
Kuil
Saidaiji,
pendeta
Shinto
melemparkan
10
tongkat
“shingi”
yang diarahkan kepada kerumunan orang banyak. Setiap shingi
merupakan
seikat
tongkat
yang
di
kelilingi
dengan
tali
dan
kertas
dengan
dua
kharakter
yang
berarti
“barang
berharga”
dan
“kayu”.
Dua
dari
sepuluh
shingi
adalah
asli,
yang
tidak
hanya
akan
memberkati pemenang dengan
kekuatan
yang
membawa
keberuntungan namun juga dapat meningkatkan kesuburan dan kekuatan pria.
Sisa
dari
shingi
yang
lainnya
adalah
shingi
palsu
yang
digunakan untuk
mengecoh
para
peserta.
Shingi yang
asli
akan
menyemburkan bau
yang
luar
biasa,
membuat
bau
yang
sangat
busuk
bagi
orang
yang
memegangnya,
sehingga
bau
busuk itu akan menjadi pusat perhatian orang disekelilingnya.
Di
tepi
Sungai
Yoshii,
diadakan
pertunjukkan kembang
api
musim
dingin
sebelum
dimulainya
hadaka
matsuri.
Pertunjukan kembang
api
itu
dimulai
pada
pukul 21.00 dan sementara itu suara pukulan taiko
juga bergema di halaman Kuil.
Pada
pukul
23.00
para
pria
yang
menggunakan
fundoshi tersebut
mulai
berkumpul
di
Kuil.
Pertama-tama para
pria tersebut
harus
menyucikan
diri
mereka
dengan air
sungai,
mereka berlari di
sekitar
halaman Kuil,
mengunjungi patung dua
dewa,
yaitu
dewa
Senjukan’non
dan
Go’ousho
Daigonen
yang
merupakan
dewa
yang dipuja dalam
hadaka
matsuri
di Okayama. Lalu para peserta saling
mendorong
satu
sama
lain
ke
tanah. Saat tubuh
mereka
mulai
merasa panas, kemudian mereka
mendinginkan tubuh
mereka
kembali
dengan
mencelupkan
diri
ke
air
dan
mengulanginya sampai beberapa kali.
Pada
tengah
malam,
lampu
mulai
dipadamkan
dan
ribuan
orang-orang
muda
berkumpul di
halaman dengan perasaan
tegang serta dengan tangan
terulur
mereka
berharap
dapat
menangkap salah
satu
shingi
yang
akan
dilemparkan oleh
pendeta
Word to PDF Converter | Word to HTML Converter