![]() Men'Jrut Riyanto (1997),
HVolume
penjualan di
mana penghasilannya tepat
23
san a besamya
dengan
biaya totainya,
sehingga
pen:sahaan tidak
mendapatkan
keuntungan
atau
menderita
kerugian dinamakan Break-Even
Point" (hal.
360)
Sedangkan
menurut
Supriycno
(2000),
"Break-even
sering
disebut
dengan
impas
atau
pulang
pokok
ada!ah
suatu
keadaan
perusahaan
di
mana
.:umlah
total
penghasilan
besamya
sarr:a
dengan
jum!ah
total
biaya,
atau
suatu
keadaan
perusahaan
di
mana
rugi-
labanya sebesar
no!, perusahaan
t
dak
mempero!eh
laba tetapi
juga tidak
menderita
Hansen
dan
Mowen
(1997),
mendefinisikan
Anal
isis
biaya-volume-laba sebagai
berikut,
"Analisis biaya-volume-bba (Cost-Volume-Prr!fit
Analysis·Analisis
CI T')
merupakan suatu alat yang
sangat berguna
untuk perencanaan dan pengambilan
keputusan.
Karena
analisis biaya-'IO!tL'tle-laba menekankan pada
keterkaitan biaya,
kuant'tas
yang
terjual,
dan harga, maka
semua
infonnasi
keuangan
pemsahaa:1
terkandung
didalamnya.
Analisis
C\'P
dapat
menjadi
alat
yang
sangat
bermanfaat
untuk
mengidentifikasi
cakupan
dan
besa:-nya
kesulitan
ekonomi yang
dihadapi suatu
divisi
dan
membantu
mencari
pemccahannya"
(p. 2!0)
Di
dalam analisa
impas titi.k
berat analisa
diletakkan pada tingkat
penjualan
minimum agar perusahaan
tidak m<:nderita rugi, tetapi
juga belum memperoleh
laba
serta
seberapa
jauh
volwne
penj:1a!a.t1
yang
direncanakan
boleh
turun sebelum
perusa..lman mulai
menderita
kerugiar: (margin
of
safety).
Analisa
impas
merupakan
salah satu
bentuk
analisa
biaya-volume-laba
karena
untuk
mengetahui
impas
maupun
nargin
of
safety
perlu dilakukan
analisa
sampai
seberapajauh
perubahan-perubahan
pada
biaya,
volume,
dan
hargajual berakibat pada
;rerubahan laba
perusahaan.
'
i
'i·
I
|