229
dahulu waktu baku bagi
setiap siklus satu produknya (sluppy,
yang-yang chocolate,
dan
yang-yang double
cream).
waktu
baku
didapat
dengan
melakukan
pengukuran bagi
kegiatan
manual dan menggunakan waktu standar
mesin bagi
yang
menggunakan mesin.
Data
waktu
tersebut
diuji
keseragaman datanya
dan
kecukupan
datanya.
Apabila
telah
lolos dari uji maka dapat dihitung waktu bakunya.
Dalam perencanaan agregat perusahaan tidak pernah
melakukan
subkontrak atas
barang
produksinya, semua
barang
yang
dihasilkan
diproduksi
oleh
pihak
perusahaan,
sehingga
perusahaan tidak
memiliki
biaya subkontrak.
Selain
itu
perusahaan
juga tidak
mengijinkan kebijakan
backlog,
yaitu
memenuhi
permintaan
produksi
yang
telah
lewat
dengan
memproduksi pada
waktu
sekarang,
atau
dengan
kata
lain
melakukan
produksi
produk terlambat. Hal ini dikarenakan dapat menurunkan kepercayaan konsumen.
Karena
produksi
yang-yang chocolate
dan
yang-yang double
cream
menggunakan lini
produksi
yang
sama
maka
dalam
melakukan
perencanaan
agregat
kedua
produk
ini
harus
digabung.
Hal
ini
dikarenakan
apabila
tidak
digabung
maka
dalam
menentukan
produksi
tiap
bulan
ada
kemungkinan untuk
melebihi
kapasitas
produksi lini tersebut.
5.3.4 Analisis Master Production Schedule
Kemudian
setelah
melakukan perencanaan agregat
dalam
jangka
waktu
bulanan
maka
dilakukan
perhitungan konversi
agregat
dalam
jangka
waktu
mingguan,
hal
ini
dilakukan
untuk
mengetahui besarnya
forecast,
master
schedule
(MS),
dan
kapasitas
produksi
terpasang
(KPT)
setiap
minggu.
Hal
ini
perlu
dilakukan sebab
untuk
menyelaraskan satuan waktu yang berbeda antara perencanaan agregat
yang dalam bulan
dan
Master
Production
Schedule
(MPS)
dalam
periode
mingguan.
Hasil
forecast,
MS,
dan KPT perminggu tersebut akan digunakan dalam perhitungan MPS. Selain
itu perlu
|