Home Start Back Next End
  
5
sebagai
keturunan
langsung
dari
para
dewa.
3. Konsep
Ritual,
Turner
(1989:3)
mengungkapkan bahwa
makna kata
“ritual” berasal dari
kata chidika, yang dalam bahasa Ndembu berarti “kewajiban”. Menurut
Turner
(1989:95),
ritual
merupakan kewajiban yang
harus
dilalui
oleh
seseorang dengan
melakukan
serangkaian kegiatan, yang menunjukkan suatu proses dengan tata cara tertentu. Seseorang atau kelompok
yang menjalani ritual berada di dalam liminalitas, yaitu masa seseorang atau sekelompok menjalani suatu
rangkaian kegiatan yang diperlukan dalam kehidupannya. 4. Konsep Matsuri, perayaan tahunan di Jepang
dibagi menjadi dua bagian, yaitu matsuri (pesta rakyat) dan nenchuu gyouji (perayaan tahunan) yang juga
sering
disebut
dengan
Nenju
gyouji.
Lawanda
(2000:
55-58),
mengatakan
pengertian matsuri
sebagai
agama
dan 
sosial
menjadikan
matsuri
sumber
dari 
dan 
untuk
kehidupan
masyarakat
orang
Jepang.
Matsuri
sendiri
merupakan
sistem
kepercayaan keagamaan
sekaligus
merupakan
ekspresi
keyakinan
keagamaan
Jepang.
Sebagai
keyakinan,
matsuri
diselenggarakan dengan
struktur-struktur yang
terkait
dengan dan ada di
dalam
matsuri yaitu Ie yang menjadi dasar dalam kehidupan sosial orang Jepang dan
sumber hidup orang Jepang.
Menurut Ono (1998:51-52), ada empat unsur penting dalam matsuri:
a)   Monoimi(Penyucian)
Monoimi
adalah
penyucian
yang
harus
dilakukan
ketika
akan
melaksanakan matsuri.
Monoimi
biasanya
dilakukan
oleh
para
Toya,
yaitu
pemimpin
upacara
ritual
dalam
matsuri
itu
sebagai
orang yang
bertanggungjawab atas
penyelenggaraan matsuri. Monoimi diadakan dengan
maksud
untuk membersihkan diri dari dosa dan hal-hal yang bersifat kotor dalam diri manusia.
Monoimi terbagi atas tiga. Menurut Picken (1994 : 172) terdapat tiga bentuk cara penyucian, yaitu :
Word to PDF Converter | Word to HTML Converter