39
kesetiaan pelanggan, besarnya kebutuhan akan modal, kurangnya jalur distribusi yang
memadai, peraturan pemerintah, tarif, kurangnya akses terhadap bahan mentah, lokasi yang
kurang menguntungkan, serangan balasan dari perusahaan yang sudah mapan, dan potensi
kejenuhan pasar (David, 2006, p133).
3.
Potensi Pengembangan Produk Substitusi (Threat of Substitute Product)
Di
dalam berbagai
industri,
perusahaan
bersaing
dekat
dengan
produsen
produk
substitusi
dalam industri
yang
berbeda.
Keberadaan
produk
substitusi
dalam menciptakan
batas
harga
tertinggi
dapat
dibebankan
sebelum
konsumen beralih
ke
produk
substitusi.
Cara
terbaik
untuk
mengukur
kekuatan
kompetitif
produk
substitusi
yaitu
dengan
memantau pangsa pasar
yang didapat oleh produk-produk tersebut, juga dengan memantau
rencana perusahaan untuk meningkatkan kapasitas dan penetrasi pasar (David, 2006, p133-
134).
4.
Kekuatan Tawar Menawar Penjual / Pemasok (Bargaining Power of Supplier)
Kekuatan
tawar
menawar timbul
ketika
terdapat
sejumlah
besar
pemasok,
sedikit
barang substitusi yang cukup bagus, atau biaya untuk mengganti bahan
baku yang sangat
mahal
yang
nantinya
akan
mempengaruhi
persaingan
di
dalam suatu
industri.
Seringkali
kepentingan yang dicari oleh pemasok dan produsen adalah saling memberikan harga yang
masuk akal,
memperbaiki kualitas,
mengembangkan
jasa baru, pengiriman just-in-time dan
mengurangi biaya persediaan, dengan demikian memperbaiki profitabilitas jangka panjang
untuk semua pihak (David, 2006, p134).
5.
Kekuatan Tawar Menawar Pembeli / Konsumen (Bargaining Power of Consumer)
Konsumen
yang terkonsentrasi akan pembelian dalam
jumlah besar, kekuatan tawar
menawar mereka menjadi kekuatan utama yang mempengaruhi intensitas persaingan dalam
|