3
diharuskan masuk universitas terbaik agar mendapatkan pekerjaan yang layak.
Walaupun
pada
kenyataannya,
ambisi
yang berlebihan
mengganggu
perkembangan
sosial, fisik, maupun mental anak itu sendiri (Kriman, 2007).
Di lain pihak, menurut Ohinata (1995:205) tentang analisa budaya konsep pemikiran
masyarakat Jepang terhadap kaum ibu yakni merupakan
sosok
yang
memiliki
nilai
lebih
dari sekedar ibu yang sedarah dari anak-anaknya. Ia adalah sebuah simbol yang
mengilhami banyak nilai. Maksudnya ketika orang Jepang mendengar kata ibu, mereka
lebih
melihat
pada
makna
dibalik
kata
ibu tersebut
yakni
seorang
wanita
yang
penuh
dengan curahan cinta kasih, pengorbanan, perlindungan, serta motivator yang setia pada
anak. Para ibu biasanya hanya dituntut melaksanakan perannya di bidang domestik saja,
sedangkan bidang publik dilaksanakan oleh kaum laki-laki. Anak-anak
yang dibesarkan
oleh para ibu bijaksana ini, umumnya menjadi
pribadi yang pandai, ceria, dan mudah
bergaul.
Jadi,
dapat
disimpulkan
bahwa
konsep
kyouiku
mama
berbeda
dengan
konsep
ibu.
Namun, pada kenyataannya pendidikan secara intensif yang dimulai sejak dini baik yang
bersifat
akademis
maupun
sosial
dari
ibu
kepada
anaknya
(kyouiku mama)
demi
memenangkan kompetisi serta menyelamatkan harga diri merupakan satu hal yang
sangat sering kita jumpai dalam budaya Jepang saat ini.
Saat
ini,
ada
berbagai
cara
untuk
mendapatkan
informasi
tentang
kyouiku
mama
yakni melalui beragam media baik cetak maupun elektronik seperti televisi, radio, koran,
artikel-artikel,
serta
film.
Namun,
penulis
memilih
drama Juken
no
Kamisama
sebagai
data pendukung di dalam penulisan skripsi
ini karena penulis menemukan konsep
kyouiku mama yang tercermin pada tokoh Saionji Fumie dalam drama tersebut.
|