6
Perlu diketahui bahwa masalah pemborosan energi secara umum sekitar 80
persen oleh faktor manusia dan 20 persen disebabkan oleh faktor teknis. Efisiensi
energi penekanannya lebih ke Demand Side Management
(DSM), di masyarakat
kadangkala efisiensi energi diartikan juga sebagai penghematan energi.
Menggunakan energi secara efisien bukan berarti penggunaan energi harus
mengorbankan kenyamanan misalnya membaca buku di ruangan gelap untuk
menghemat lampu atau mematikan seluruh AC di gedung demi menghemat biaya
listrik. Contoh tindakan yang menggunakan energi secara efisien adalah
menggunakan lampu tipe Compact Fluorescent Lamp
(CFL) sebagai
pengganti
lampu pijar yang bisa menghemat penggunaan energi hingga 40 persen untuk
menghasilkan intensitas cahaya yang sama, atau memperbanyak jendela di langit-
langit (skylights), sehingga bisa menghindari penggunaan lampu di siang hari.
Keberhasilan penggunaan energi secara efisien sangat dipengaruhi oleh
perilaku, kebiasaan, kedisplinan, dan kesadaran akan hemat energi. Bukan hanya itu
cara efisiensi energi, cara lain diantaranya melakukan perawatan dan perbaikan pada
alat-alat yang mengkonsumsi energi,
menggunakan teknologi yang efisiensi energi,
mengaplikasikan teknologi proses produksi di industri yang hemat energi dan lain-
lain.
Seiring dengan pertumbuhan ekonomi yang pesat serta bertambahnya
gedung-gedung di Indonesia, penerapan efisiensi energi di gedung-gedung yang
sesuai dengan Standar Nasional Indonesia
(SNI),
menjadi hal yang sangat penting.
Pada umumnya gedung di negara tropis seperti Indonesia paling banyak
menggunakan energi untuk sistem tata udara (45-70 persen), sistem tata cahaya (10-
20 persen), lift dan eskalator (2-7 persen) serta alat-alat kantor dan elektronik (2-10
persen). Gedung yang boros energi bukan hanya mahal biaya operasionalnya namun
|