Bab I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam beberapa tahun terakhir, sektor konstruksi terus menjadi salah satu
primadona perekonomian Indonesia. Tak mengherankan, nilai bisnis konstruksi pun
terus menjulang. Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suryamin men gatakan, dalam
laporan terbaru Statistik Konstruksi 2013, BPS mencatat adanya pertumbuhan
signifikan dalam bisnis perusahaan konstruksi di Indonesia. "Tahun 2012, nilainya
tembus Rp 439,9 triliun, naik 17 persen dibanding 2011 yang sebesar Rp 376,1
triliun," ujarn ya kemarin (5/11). Menurut Suryamin, pesatnya pertumbuhan bisnis
konstruksi didorong oleh stabilitas pertumbuhan ekonomi di kisaran 6 persen, serta
adanya program Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi
Indonesia (MP3EI). "Itu menjadi stimulus sektor konstruksi," katan ya. Laporan
Statistik Konstruksi 2013 disusun berdasar survei BPS terhadap lebih dari 12.000
perusahaan konstruksi di seluruh Indonesia. Sur yamin menyebut, secara total, hingga
akhir 2012 lalu terdapat 130.615 perusahaan konstruksi di Indonesia. Jumlah tersebut
menyusut dibanding 2011 yang mencapai 134.004 perusahaan. Ketatnya kompetisi
menjadi pen yebab menyusutnya jumlah tersebut. "Tapi jumlah pekerja p ada 2012
naik. Artinya, bisnisnya tumbuh," ucapn ya. Suryamin men gatak an, pertumbuhan
permintaan properti komersial seperti gedung p erkantor an, industri, pusat
perbelanjaan, serta hotel, menjadi salah satu pendorong booming bisnis perusahaan
konstruksi. "Ini karena pesatnya pertumbuhan ju mlah masyarakat kelas menengah di
Indonesia," ujarnya. Laporan BPS juga menyebut, Jawa masih mendominasi
pekerjaan konstruksi di Indonesia. DKI Jakarta menempati posisi tertinggi dengan
porsi 24,74 persen dari total proyek konstruksi di Indonesia. Disusul Jawa Timur
dengan 12,99 persen, lalu Jawa Barat 11,36 persen. (sumber:
364)
|