12
Perang
Pangeran Diponegoro melawan Belanda,
mendesak
sang
pangeran
dan
keluarganya serta para pengikutnya harus
meninggalkan daerah kerajaan. Mereka
kemudian tersebar ke arah Timur dan Barat. Kemudian di daerah-daerah baru itu
para keluarga dan pengikut pangeran Diponegoro mengembangkan batik.
Ke
Timur
batik
Solo
dan
Yogyakarta
menyempurnakan
corak
batik
yang
telah
ada di Mojokerto serta Tulung Agung. Selain itu juga menyebar ke Gresik,
Surabaya dan Madura. Sedang ke arah Barat batik berkembang di Banyumas,
Pekalongan, Tegal, Cirebon.
Perkembangan Batik di Kota-kota lain
Perkembangan batik di Banyumas berpusat di daerah Sokaraja dibawa oleh
pengikut-pengikut Pangeran Diponegoro setelah selesainya peperangan tahun
1830, mereka kebanyakan menetap didaerah Banyumas. Pengikutnya yang
terkenal waktu itu ialah Najendra dan dialah mengembangkan batik celup di
Sokaraja. Bahan mori yang dipakai hasil tenunan sendiri dan obat pewama
dipakai pohon tom, pohon pace dan mengkudu yang memberi warna merah
kesemuan kuning.
Lama
kelamaan pembatikan menjalar pada rakyat Sokaraja dan pada akhir abad
ke-XIX berhubungan langsung dengan pembatik didaerah Solo dan Ponorogo.
Daerah pembatikan di Banyumas sudah dikenal sejak dahulu dengan motif dan
wama khususnya dan sekarang dinamakan batik Banyumas. Setelah perang dunia
|