8
Wellek
dan
Waren
(1977:278)
menerangkan
bahwa
realitas
dalam karya
fiksi
yakni ilusi kenyataan dan kesan
meyakinkan
yang
ditampilkan
kepada
pembaca,
tidak
selalu merupakan kenyataan sehari-hari. Pada aliran klasik atau Neo-Klasik, fiksi
menampilkan sesuatu yang khas, yang
universal, seperti tipe orang yang pelit, tipe orang
tidak
mempunyai
belas
kasihan,
tipe
orang yang
tidak
mempunyai
belas
kasihan,
tipe
orang yang mempunyai kelainan pada tubuhnya (cacat), dan lain-lain. Wellek dan
Waren
(1977:280)
juga
menerangkan
bahwa
cerita fiksi berkaitan dengan waktu
atau
urutan waktu, yaitu dengan memberikan kronologi kejadian yang menampilkan seorang
tokoh
yang
mengalami
kemunduran
atau
kemajuan karena sebab-sebab tertentu yang
berlangsung dalam suatu kurun waktu tertentu.
2.3 Penokohan
Sebuah
cerita
tentu
terdiri
dari
peristiwa atau
kejadian.
Sesuatu
peristiwa
tejadi
karena aksi atau reaksi tokoh-tokoh. Mungkin antara tokoh dengan tokoh, antara tokoh
dengan lingkungan, atau mungkin pula antara tokoh dengan dirinya sendiri (Mido,
1994:21).
Dalam
pembicaraan
sebuah
fiksi,
istilah
tokoh
menunjuk
pada
orangnya
atau pelaku ceritanya. Nurgiyantoro (2002:165)
menjelaskan
bahwa
penokohan
dan
karakterisasi-karakterisasi sering juga disamakan artinya dengan karakter dan
perwatakan, menunjuk pada penempatan
tokoh-tokoh tertentu dengan watak-watak
tertentu dalam sebuah cerita. Menurut Jones dalam Nurgiayantoro (2002:165),
penokohan adalah pelukisan gambaran yang jelas tentang seseorang yang ditampilkan
dalam sebuah
cerita.
Nurgiyantoro
juga
mengutip
dari
Stanton
(1965:17)
yang
menerangkan istilah karakter, yaitu:
|