Home Start Back Next End
  
sebuah
sejarah
panjang. Ia
mampu
membeli
perusahaan
percetakan
milik
orang
Eropa
sehingga banyak menyebabkan banyak orang Belanda menjadi berang. Namun di tangan
pemilik
yang
baru,
Bintang
Timor tampil
sebagai
pelopor
surat
kabar
berorientasi
Tiongkok. Surat kabar ini memulai trend memproduksi apa yang disebut dengan ”organ”
atau anggota dari suatu organisasi, yang melayani khalayak pembaca
atau kelompok
khusus(meskipun pada awalnya tidak resmi) yang kemudian menjadi kekhasan pers pada
awal
abad 20.
Hingga
saat
itu,
kecuali
surat
kabar
dan
terbitan
berkala
milik
misionaris
Kristen, pers umumnya melayani semua kelompok bangsa kendati
kepentingan orang
Eropa selalu lebih diutamakan.
Sejak Januari tahun 1887, perubahan yang terjadi di Bintang Timor
menjadi kian
jelas.
Sejak
saat
itu,
sekitar
75%
berita
dan
artikel
dalam surat
kabar
itu
berhubungan
dengan
orang
Tionghoa.
Pada
15
Juli
1887,
Bintang
Timor
yang
berganti
kepemilikan
dan
editor
tersebut
kini
menjadi
harian
dibawah
kop Bintang
Soerabaia.
Untuk
lebih
menekankan identitas barunya sebagai surat kabar Tionghoa, penerbit mencetak halaman
khusus  berwarna  pada  hari-hari  besar  Tionghoa.  Sebagai  contoh,  edisi  1  September
1887(No.
198)
dicetak
dengan
halaman
kuning-kuning, sedangkan pada hari besar
Tionghoa
lainnya 
warnanya
bisa
merah
marun,
hijau,
atau
biru.
Kiat
ini
meningkatkan
penjualannya
dikalangan
Tionghoa,
sehingga
bahkan Pemberita
Betawi
merasa
perlu
mengikuti
cara
tersebut
dengan
mencetak edisi
khusus
berwarna
merah
jambu
unutk
menandai perayaan Tahun Baru Tiongkok.
Setahun kemudian di Semarang terbit sebuah surat kabar tiga mingguan, Tamboor
Melayoe, dibawah kepemimpinan saudagar Tionghoa bernama Sie Hian Ling. Kendati
memakai
nama,
Tamboor
Melayoe,
dalam
kenyataannya
media
ini
adalah
surat
kabar
Word to PDF Converter | Word to HTML Converter