Home Start Back Next End
  
Surat
kabar
tidak
hanya
berdir
di
kota-kota
pelabuhan,
namun
juga
di
kota-kota
yang
lebih
kecil
seperti
Bogor
dan
Sukabumi. Perkembangan
yang
marak
ini
mengakibatkan
terjadi
peluncuran
Politik
Etis
dan
juga adanya
kebangkitan
kesadaran
sosial-ekonomi
orang Tionghoa dalam pembentukan Tiong Hoa Hwee Koan pada 1900.
Pertumbuhan dramatis pers Tionghoa peranakan yang berawal pada akhir 1880-an
dan mendapatkan momentumnya
pada 1890-an menyebabkan beberapa perubahan
kebijakan yang diatur oleh pemerintah Belanda, yang berpengaruh luas terhadap orang
Tionghoa.
Kehadiran
Tiong
Hoa
Hwee
Koan tidak
hanya
menandai
bangkitnya
nasionalisme Tionghoa di Hindia. Tapi juga mempercepat perkembangan ”organ” bagi
organisasi
tersebut
yang
sangat
berhubungan
dengan
Tionghoa
dalam watak
dan
orientasinya.
Untuk pertama kalinya di
Hindia, pada 1901 terbit sejumlah surat kabar yang
menggunakan bahasa Melayu rendah tapi dengan judul beraksara Tionghoa, sementara
pada halaman-halamannya aksara Tionghoa bertebaran diantara baris kalimat. Pada April
1901,
Tan
Ging
Tiong
dan
Ijoe
Tjai
Siang
mendirikan
Li
Po.
Surat
kabar
ini
berjaniji
akan memuat artikel tentang ajaran Konghucu. Pada 1902, percetakan Sie Dhian Ho yang
baru berdiri di Surakarta dibawah pimpinan
Tan
Soe
Djwan
menerbitkan
mingguan
Tionghoa,
Sien
Po.
Surat
kabar
ini
selain
menggunakan
ragam Melayu
rendah
juga
menggunakan huruf Tionghoa untuk nama dan istilah Tionghoa tertentu. Pada tahun yang
sama,  Sie  Dhian  Ho  menerbitkan  Taman  Pewarta.  Meskipun  menggunakan  nama
Melayu,
namun
dia
menyebut
surat
kabar
tiga
mingguan
itu
”organ
tidak
resmi
Tiong
Hoa
Hwee
Koan”.
Pada
tahun
1902,
Lo
Swie
Tek
menerbitkan Loen
Boen di
Surabaya
yang merupakan organ lain Tiong Hoa Hwee Koan. Masih pada tahun yang sama, sebuah
Word to PDF Converter | Word to HTML Converter