percetakan baru milik orang Tionghoa di Semarang menerbitkan surat kabar berbahasa
Melayu, Warna
Warta. Kendati dimaksudkan
sebagai
surat kabar komersial
untuk
segala
bangsa,
dengan
depan
halaman
iklan
dan
hanya
dua
halaman
berita
dan
artikel,
surat
kabar ini menyatakan diri sebagai organ tidak resmi Tiong Hoa Hwee Koan.
Pada 1903, mengantarkan kelahiran lebih banyak lagi surat kabar
yang dikelola
dan dimiliki orang Tionghoa peranakan. Pada 15 Maret, percetakan Kwa Hok Ing
meluncurkan
nomor-nomor
contoh Pewarta
Soerabaja,
harian
lain
yang
siap
bersaing
dengan Bintang Soerabaia. Dari percetakan Tjoe Toei Yang, terbitlah Kabar Perniagaan
di Batavia. Surat kabar ini pun merupakan salah satu organ tak resmi dari Tiong Hoa
Hwee Koan. Pada 16 Agustus 1904,
Tjoe
Toei Yang
menjual Kabar Perniagaan kepada
sebuah percetakan Tionghoa
yang baru berdiri, NV
Boekhandel en
Drukkerij
Hoa Siang
In Kiok. Pada Mei 1903, terbit surat kabar
lain oleh penerbit Soekaboemische
Drukkerij
di Sukabumi, Ho Po. Surat kabar tersebut berorientasi pada ajaran Konghucu, surat kabar
organ
Tiong
Hoa
Hwee
Koan
ini
beredar
di
Bogor.
Pada
12
November
1903,
.pemilik
percetakan Tjoa Tjoe Kwan Sien
Ien
Kiok,
Tjoa
Tjoe
Kwan
menerbitkan
surat
kabar
dwimingguan, Darmo Kondo yang menggunakan bahasa Melayu dan Jawa. Dua bulan
kemudian, Tjoa meluncurkan edisi contoh mingguan Tionghoa, Ik
Po dengan 6.000
eksemplar. Jumlah yang jelas mengisyaratkan keyakinannya akan sukses penerbitan baru
ini.
Edisi
regular
surat
kabar
ini
mulai terbit
sejak
15
Maret
1904.
Surat
kabar
ini
menggunakan ragam Melayu rendah dan aksara Tionghoa.
Munculnya
surat
kabar
dengan
nama Tionghoa
berlanjut
sampai
bangkitnya
Sarekat
Islam dan Indische Partij, hingga berdirinya Boedi Oetomo,
hampir setiap tahun
muncul sebuah surat kabar
Tionghoa baru. Sejak 1 Juli 1906 di Batavia terbit
mingguan
|