29
c.
Obligasi yang diterbitkan oleh perusahaan dan dijual di pasar modal.
d.
Kredit yang diterima dari bank.
e. Sewa guna (leasing) dari lembaga non-bank.
2.
Aliran Kas (Cash Flow)
Perusahaan perlu untuk menerapkan prinsip
kehati-hatian
dalam menentukan tingkat
likuiditas dari aliran kas (cash flow) perusahaan karena jika tingkat likuiditasnya
terlalu tinggi,
yang mungkin disebabkan oleh tingkat perputaran kas yang rendah, keuntungan yang
diterima oleh perusahaan akan menjadi rendah. Demikian juga sebaliknya, jika tingkat
likuiditas
aliran
kas
tersebut
terlalu
rendah,
yang
mungkin
disebabkan
oleh
perputaran
kas
yang
tinggi, perusahaan akan mendapatkan keuntungan
yang
tinggi namun aliran kas
menjadi tidak likuid jika terjadi kebutuhan dana yang mendadak.
Perhitungan
terhadap
aliran
kas
sangat
penting
untuk
dilakukan
karena
arti
laba
dalam
akuntansi
tidak
sama
dengan
pengertian
kas masuk
bersih
bagi
investor
yang
justru
lebih
penting
untuk
diketahui.
Hal ini
menjadi
wajar
karena
hanya
dengan
aliran
kas
bersih
perusahaan
dapat
membiayai
kewajiban
keuangannya.
Menurut
Husein
Umar
(2003,
p180),
kas
mempunyai
tiga
komponen
utama
yaitu
Initial
Cash
Flow
yang
berhubungan
dengan
pengeluaran
untuk
investasi,
Operational Cash Flow yang
biasanya
mempunyai
selisih
neto
yang positif yang dapat dipakai untuk mencicil pengembalian investasinya, dan Terminal Cash
Flow
yang
merupakan
aliran
kas
dari
nilai
sisa
aktiva
tetap
yang
dianggap
sudah
tidak
mempunyai nilai ekonomis lagi dan pengembalian modal kerja awal.
3.
Biaya Modal (Cost of Capital)
Yang
dimaksudkan dengan biaya modal adalah penentuan berapa
besarnya biaya real
dari masing-masing
sumber pendanaan yang digunakan perusahaan dalam menjalankan
proyek
investasinya.
Perusahaan
dirasa
perlu
untuk
melakukan
perhitungan
terhadap
biaya
|