48
untuk memperbaiki proses manufaktur yang terintegrasi daripada memfokuskan
tujuan pada
persediaan setiap bahan atau pada operasi produksi.
Apabila fokus dari JIT adalah pada penurunan persediaan hingga ke tingkat nol,
pandangan
ini
berfokus pada
penghapusan terbuangnya
barang
dalam sistem.
Filosofi
ini
memandang persediaan
sebagai
suatu hal
yang
jelek
dan
boros.
Persediaan tidak
hanya
merupakan sumber
daya yang
tidak
digunakan
tetapi
juga
merupakan
kekurangan atau
kelebihan yang melingkup bidang pemborosan lainnya dalam perusahaan.
(Edward
J.Blocher,
Kung
H.Chen,
Thomas
W.Wilin:2000)
Tujuan
penurunan
persediaan sampai ke tingkat nol hanya mungkin
terjadi dalam
kondisi-kondisi sebegai
berikut :
a. Waktu dan biaya penyelesaian (pemesanan) adalah rendah atau kecil
b. Ukuran partai sama dengan satu
c.
Tenggang waktu yang minimum dan tidak segera
d. Beban kerja yang seimbang dan setingkat
e. Tidak
ada
hambatan
seperti
kekurangan
persediaan,
mutu
yang
rendah,
perbaikan
mesin
yang
tidak
terjadwal,
perubahan
rekayasa,
atau
perubahan
lain
yang
tidak
terencana
2.12
Teknik Manajemen Proyek :CPM dan PERT
(Iman
Soeharto:2002)
Teknik
evaluasi
dan
ulasan
program (dikenal
cukup luas
sebagai
program
evaluation and review technique-PERT)
dan metode jalur kritis (umumnya
dikenal
dengan
critical
path
method-CPM) dikembangkan
pada
tahun
1950-an
untuk
membantu para
manajer membuat
penjadwalan,
memonitor, dan
mengendalikan
proyek
besar
dan
kompleks.
CPM
muncul
terlebih
dahulu
pada
tahun
1957,
sebagai
alat
yang
|