Home Start Back Next End
  
17
mentimun. Jika kau bergerak, kutendang kau!” kata Kancil menguji benda itu.
Tiba-tiba angin bertiup. ”Nah kan ada angin, langsung kau bergerak, kutendang beneran
nih, uh!” kata Kancil menendang boneka jerami dengan kaki depannya.
”Loh, loh... kenapa ini? Kenapa nih?” Kancil panik. ”Uh, uh, tolong! Tolong!” ujar
Kancil berusaha melepas kaki depannya. ”Lepas, lepas! Hei... berani-beraninya kau
mencengkram kakiku! Lepaskan, atau kupukul kau! Lepas, lepas! Uh!” Kancil ketakutan
karena kedua kakinya menempel erat di boneka jerami. Kancil menyerang boneka itu
dengan kaki depannya sekarang. Dan kaki itu juga tertancap! Wah, wah, kali ini Kancil
benar-benar terperangkap!
”Uh... uuuh! Hei, apa-apaan ini! Sekarang kau juga mencengkram kakiku yang lain!
Hei.. ayolah lepasin aku! Lepasin aku! Jika tidak, aku akan memukulmu lagi, huu uuh!!”
seru Kancil makin panik dan kesal. Kancil yang sudah putus asa mulai menendang lagi.
Tapi akhirnya ia tidak bisa berbuat apa-apa kecuali menatap awan atau sisa-sisa
mentimun di ladang! Seluruh kakinya tertancap dan ia harus tinggal di kebun Pak Tani
sepanjang hari.
”Lepaskan, lepaskan aku !! Tolonng Lepaskan aku !!” seru Kancil marah-marah. Si
Kancil biasanya punya banyak akal cerdik, tapi kali ini ia tak berkutik. Bisa-bisa Pak
Tani datang dan menangkapnya hidup-hidup. Kancil, yang sudah putus asa, mulai
menendang dengan cakarnya yang masih bebas, tapi akhirnya keempat cakarnya malah
tertancap di tubuh si boneka. Kancil tidak dapat berbuat apa-apa kecuali menatap awan-
Word to PDF Converter | Word to HTML Converter