11
oleh sebagian masyarakatnya.
Kain
tenun
songket
Palembang
banyak
dipakai
oleh
kaum perempuan
dalam
upacara adat perkawinan, baik oleh mempelai perempuan, penari perempuan
maupun
tamu undangan perempuan yang menghadirinya. Selain itu, songket juga dipakai
dalam acara-acara
resmi
penyambutan
tamu
(pejabat)
dari
luar
maupun
dari
Palembang sendiri. Pemakaian songket yang hanya terbatas pada peristiwa-peristiwa
atau kegiatan-kegiatan tertentu tersebut disebabkan karena songket merupakan jenis
pakaian yang tinggi nilainya, sangat dihargai oleh masyarakat Palembang.
Pada zaman dahulu (Kerajaan
Sriwijaya)
kain
tenun
songket
Palembang
tidak
hanya diperdagangkan di daerah sekitarnya (di Pulau Sumatera saja), melainkan juga
ke luar negeri, seperti: Tiongkok, Siam, India dan Arab. Namun, pada saat penjajahan
Belanda dan Jepang, tenun songket tersebut mengalami
kemunduran. Bahkan, saat
terjadinya Revolusi fisik (1945--1950) kerajinan tenun songket di Palembang sempat
terhenti karena tidak adanya bahan baku. Namun, di permulaan tahun 1960-an tenun
songket Palembang
mengalami kemajuan
yang pesat karena pemerintah menyediakan
dan mendatangkan bahan baku serta membantu pemasarannya.
Pengerjaan kain tenun di Palembang umumnya dikerjakan secara sambilan oleh
gadis-gadis
remaja
yang
menjelang
berumah
tangga
dan
ibu-ibu
yang
sudah
lanjut
usia sambil menunggu waktu menunaikan ibadah
sholat.
Pada
umumnya
pembuatan
songket dikerjakan oleh kaum perempuan.
Dewasa
ini
pengrajin
tenun
songket
Palembang
tidak
hanya
memproduksi
satu
|