pertama
di
Jawa
yang
namanya
Salakanagara,
yang
artinya
perak
dari
bahasa
Kawi salaka.
Secara etimologis Salakanagara
itu dikaitkan
Ridwan dengan
laporan ahli
geografi
Yunani
bernama
Claudius
Ptolomeus
pada
tahun
160
dalam buku
Geografia
yang
menyebut
bandar
di
daerah
Iabadiou
(Jawa)
bernama
Argyre
yang artinya perak. Didukung pula dengan laporan dari Cina zaman Dinasti Han
pada
tahun
132
yang
menggambarkan
tentang
kedatangan
utusan
Raja Ye
Tiau
bernama
Tiao
Pien.
Ye
Tiau
ditafsirkan
sebagai
Jawa
dan Tiau
Pien
sebagai
Dewawarman. Dari itu dapat disimpulkan bahwa Kerajaan Holotan merupakan
pendahulu kerajaan Tarumanagara seperti yang disebut Slamet Mulyana dalam
bukunya Dari Holotan sampai Jayakarta.
Soal
letak
Salakanagara,
Ridwan
menunjuk
kepada
daerah
Condet.
Bukan hanya karena salak banyak tumbuh di Condet karena ada banyak nama-
nama tempat
yang bermakna sejarah, seperti Bale Kambang dan Batu Ampar.
Bale Kambang adalah pasangrahan raja dan Batu Ampar adalah batu besar
tempat
sesaji
diletakkan.
Di
Condet
terdapat
pula
sebuah
makam kuno
yang
disebut
Kramat
Growak
dan makam Ki Balung Tunggal yang ditafsirkan yang
merupakan tokoh dari zaman kerajaan pelanjut Salakanagara yaitu Kerajaan
Kalapa.
Setelah
menunjuk
bukti-bukti
geografis, Ridwan
melengkapi
teorinya
tentang cikal bakal sejarah orang Betawi dengan sejarah perkembangan bahasa
dan budaya Melayu agar sehingga semakin terlihat batas antara orang Betawi dan
|