Home Start Back Next End
  
13
Bab 2
Landasan Teori
2.1 Teori Asimilasi Kebudayaan Masyarakat Jepang
Konsep
asimilasi
kebudayaan
Barat
yang
masuk
ke
dalam masyarakat
Jepang
dapat
dilihat
seperti
yang
dikatakan
oleh Danandjaja
(1997)
mengenai
sikap
orang
Jepang
terhadap
agama
yang
masuk 
ke
negaranya. Karakteristik orientasi agama orang
Jepang
tidak sama dengan cara berpikir orang
Barat terhadap agama, karena orang
Jepang tidak
menganggap agama sebagai sesuatu yang eksklusif. Sikap ini mempunyai beberapa arti:
(1) Misalnya seorang Jepang akan bersembahyang di altar agama
Budha yang ada di
rumahnya pada pagi hari, dan pada sorenya akan pergi bersembahyang ke tempat
pemujaan Shinto. (2) Ada tempat pemujaan yang menyemayamkan patung-patung dewa
dari berbagai
agama
yang berbeda. Contohnya di
Jepang ada kelenteng
Budha di dalam
kompleks
pemujaan
Shinto
dan
demikian sebaliknya. (3) Konsep
religi
orang
Jepang
mengenai seorang dewa dapat mencakup unsur-unsur yang berasal dari agama-agama
berbeda.
(4)
Seorang
pendeta
dari
suatu
agama
boleh
memimpin
upacara
keagamaan
dari agama lain.
Dari uraian diatas dapat dilihat bahwa masyarakat Jepang mengasimilasikan
kebudayaan
yang
masuk
ke
dalam masyarakatnya,
disesuaikan
dengan
kebudayaan
mereka sendiri.
Koentjaraningrat  (1990:  181-182)  mengatakan
bahwa  kata  ”kebudayaan”  berasal
dari
bahasa
Sansekerta buddhayah,
yaitu
bentuk
jamak
dari buddhi
yang
berarti
”budi”
atau ”akal”. Dengan demikian kebudayaan dapat diartikan ”hal-hal yang bersangkutan
dengan akal”.
Word to PDF Converter | Word to HTML Converter