16
berkelompok telah menjadi dasar bagi masyarakat Jepang itu sendiri (Ikeno, 2002: 195).
Dijelaskan oleh Takeuchi dalam Ikeno (2002: 196) yaitu:
Japanese in group are usually
indifferent to outsiders. However, when outsiders
are invited to come with appointments, they are treated courteously as formal
guests. If they should try to join ones group without any contact, however, they
would never have a warm welcome and might secretly become people who
should be refused admittance and axcluded from the group.
Terjemahan:
Dalam sebuah
kelompok
orang
Jepang
sangat
membedakan
diri
dengan
masyarakat luar. Bagaimanapun juga, ketika orang luar diundang datang dengan
menggunakan
janji
terlebih
dahulu
maka
mereka
akan
memperlakukannya
dengan ramah dan sangat formal sebagai tamu. Akan tetapi, jika orang luar
mencoba
untuk
menjadi
bagian
dari kelompok
tanpa
adanya
hubungan
terlebih
dahulu
maka
orang-orang
dalam kelompok
tersebut
tidak
akan
memberikan
sambutan yang hangat dan akan melakukan penolakan untuk masuk ke dalam
kelompok tersebut.
Berdasarkan penjelasan di atas
maka dalam sebuah kesadaran kelompok
yang
tinggi
tersebut tidak sembarangan orang bisa
langsung
menjadi
anggota
kelompok
tersebut
tanpa adanya hubungan dengan anggota kelompok
terlebih dahulu. Akan tetapi tidak
semua kehidupan kelompok dalam masyarakat Jepang
menghasilkan suatu
yang positif.
Ada juga dampak negatif yang dihasilkan oleh kehidupan berkelompok. Seperti
dijelaskan oleh Ikeno (2002: 197) berikut:
Such group protection also causes individuals to refrain from becoming
independent ,
however,
and
there
are
many
examples
of
groupism
working
negatively.
Terjemahan:
Seperti halnya perlindungan dari sebuah kelompok juga menyebabkan individu-
individu menahan diri dari pemikiran yang mandiri. Bagaimanapun juga banyak
sekali contoh-contoh dari kelompok yang melakukan hal-hal negatif.
|