Home Start Back Next End
  
11
Bab 2
Landasan Teori
2.1
Konsep Masyarakat Jepang dalam Kehidupan Berkelompok
Pada umumnya orang sering menyebutkan bahwa orang Jepang suka bekerja keras,
suka berkelompok, dan sebagainya. Orang Jepang pada umumnya cenderung kuat rasa
keterikatannya
terhadap
kelompok
di
mana dia berada, terutama perusahaan tempat
kerjanya. Bilamana perusahaannya menghadapi
masalah
atau
tugas
yang
mendesak
dan
harus segera dituntaskan, maka para karyawan merasa terpanggil untuk ikut memikul
beban kerja bersama-sama, dengan mengesampingkan kepentingan dan kesenangan
pribadinya. Kesetiaan kelompok tidak terbatas di perusahaan atau kantor saja. Bisa saja
dalam kelompok klub olahraga, klub kesenian, kelompok ketetanggaan, kelompok kelas
di sekolah, kelompok seangkatan di universitas, dan lain lain. (Davies, 2002: 13)
Orang
yang
masuk
dalam sebuah
kelompok,
atau
memang
tergabung
dalam sebuah
kelompok seperti kelompok ketetanggaan, merasa adalah kewajibannya untuk bertindak
seirama  dengan  kemauan  kelompok  dan  tidak  bertindak  menonjolkan  diri  atau  lain
sendiri
karena
hal
itu
akan
mengundang
rasa
kurang
senang
kelompoknya.
Dijelaskan
oleh Enomoto dalam Madubrangti (2002: 15) yaitu:
Kesadaran akan adanya struktur sosial dalam berinteraksi dengan orang lain pada
waktu
melakukan
kegiatan
dalam
kegiatan
berkelompok.
Di
dalam kegiatan
berkelompok, setiap individu diberi kesempatan
yang sama
untuk
menjadi senior
atau atasan. Kesempatan ini pada akhirnya dapat membentuk jiwa kepemimpinan
yang lahir dari pelatihan-pelatihan dan pendidikan dan disebut juga dengan
kesadaran stratifikasi.
Kesadaran
stratifikasi
dalam kehidupan
berkelompok
pada
masyarakat
Jepang
menciptakan  kerukunan  bersama  sebagai 
harmoni  kelompok 
yang 
melahirkan 
rasa
Word to PDF Converter | Word to HTML Converter