Home Start Back Next End
  
14
4)    Tokoh antagonis lainnya sebagai lawan dari Mahapatih Gajah Mada adalah raja Bali
yang  disebut  Bedhahulu  atau  Bedhamukha.  Raja  Bali  mengadakan  latihan  perang.
Kepala raja pagi hari dipotong, melesat ke angkasa, sore hari kembali bersatu dengan
badannya (45.8-11). Latihan perang bertempat di Gunung Batur. Kembali ke Batu Anyar
latihan perang dilanjutkan. Kepala raja dipotong oleh Pasung Rigis, namun sampai sore
kapalanya  itu  belum  juga  kembali  (46.8-21).  Kepala  raja  kemudian  diganti  dengan
kepala babi hutan, disebut Bedhahulu (47.1-5). Raja kemudian tinggal di menara yang
tinggi dan tidak boleh dilihat orang (47.6-9). Raja ini digambarkan sangat bengis, namun
akhirnya   ia   juga   mencapai   kelepasan   menuju   sorga   (50.10).   Bedhahulu   atau
Bedhamukha tentunya mengandung makna sebagai orang yang tidak tunduk kepada raja
Majapahit.
5)     Kebo  Wawira  (Kebo  Iwa)  digambarkan  sebagai  orang  yang  mukanya  buas,
badannya besar dan tinggi, bagaikan Kumbhakarna yang gagah, congkak, badannya kuat
perkasa (51.60).
Tokoh protagonis pada umumnya selalu digambarkan sangat tampan, cerdas dan berbudi
pekerti 
luhur, 
sebaliknya 
tokoh 
antagonis 
digambarkan 
sebagai 
orang 
yang 
tidak
tampan,
jahat,
bodoh,
licik,
dan
tidak
memiliki
budi
pekerti
yang
luhur. Hal
ini
adalah
wajar dan
merupakan konvensi dalam karyasastra sejak diturunkannya kitab suci
Veda,
dituliskannya
kitab-kitab
Itihasa
(Ramayana
dan
Mahabharata)
dan
kitab-kitab Purana.
Penggambaran para dewa dan raksasa, perwujudan dharma dengan adharma, senantiasa
Word to PDF Converter | Word to HTML Converter