18
Sementara
dalam
konsep
agama
Budha
Mahayana,
semua
hal
yang
ada
di
dunia
ini dianggap tidak ada yang abadi dan kosong,
jadi kehidupan di dunia
ini pun
hanya
sementara karena semua makhluk hidup pasti akan mati (Yamawaki, 1997:158).
Dan
sebelum mencapai
surga,
atau
nirwana
yang
merupakan
tempat
tinggal
sang
Budha, yang berarti berakhirnya siklus hidup dan mati, arwah makhluk hidup akan
melalui proses samsara, yaitu penghakiman terhadap hal-hal yang dilakukan semasa
hidup dan lingkaran reinkarnasi (Coogan, 2003: 266).
Dalam konsep
kematian,
surga
dan
neraka
adalah
suatu
hal
yang
tak
dapat
dipisahkan, demikian pula dengan konsep neraka dalam agama
Budha. Konsep
neraka
dalam
agama
Budha
merupakan
suatu hal yang kontradiksi. Neraka dianggap
sebagai
hukuman
atau
pembalasan
atas
dosa
yang
dilakukan
semasa
hidup,
yang
terjadi di saat proser reinkarnasi (Ashkenazi, 2003: 102). Konsep neraka dalam
agama
Budha
mendapat
pengaruh
dari
pandangan
Shinto
mengenai
adanya
dunia
orang
mati atau
yang disebut
yomi. Sementara
itu, dalam agama
Budha,
neraka
yang
disebut
dengan
istilah
jigoku
ini
dikuasai
oleh
Enma.
Setiap arwah
akan diadili
oleh
Enma, apakah ia akan lahir kembali sebagai binatang, dewa, atau manusia. Setelah itu,
arwah-arwah yang terlepas dari siksaan neraka tersebut akan mendapatkan kebebasan
yang abadi, yaitu nirwana (Coogan, 2002: 267).
Bagi
Budha
dan
penganut
agama
Budha,
perubahan
terbesar
dalam keberadaan
diakibatkan oleh kematian (Foley, 2005: 70).
Konsep
kematian
orang
Jepang menurut
agama
Budha
juga
seperti
dikemukakan
sebagai berikut:
|