Home Start Back Next End
  
13
leksikalnya. Ia menggambarkan kata
“ox” yang
menyebabkan
seseorang
berpikir
tentang
kata
seperti
cow”,
lalu makin
jauh
orang berpikir tentang “plow”,
dan
akhirnya
strength”, dan sebagainya. Misalnya,
medan asosiatif
ini terjadi dalam kata
“kerbau”
dalam bahasa
Indonesia.
Dengan
kata
“kerbau”
mungkin
seseorang
akan
berpikir
tentang
kekuatan
atau
kebodohan.
Jadi,
medan
makna
adalah
satu
jaringan
asosiasi yang rumit berdasarkan pada similaritas atau kesamaan, kontak atau
hubungan,
dan
hubungan-hubungan
asosiatif
dengan
penyebutan
satu
kata
(Parera,
1991:138).
Buah pikir
F.
de
Saussure
dan
muridnya C. Bally, juga buah
pikir
dari
W.
von
Humboldt, Weisgerber, dan
R.
M. Meyer telah menjadi
inspirasi
utama bagi
J.
Trier
dalam pengembangan
teori
medan
makna,
J.
Trier
seperti
yang
dikemukakan
oleh
Parera (1991: 139), adalah sebagai berikut:
“J.
Trier
melukiskan
vokabulari
sebuah bahasa
tersusun
rapi
dalam medan-
medan dan dalam medan
itu setiap
unsur
yang berbeda didefinisikan dan diberi
batas yang jelas sehingga tidak ada tumpang
tindih
antarsesama
makna.
Ia
mengatakan  bahwa  medan  makna  itu  tersusun  sebagai  satu  mosaik.  Setiap
medan
makna
itu
kan
selalu
tercoockkan antarsesama
medan sehingga
membentuk satu keutuhan bahasa yang tidak mengenal tumpang tindih.”
2.4 Teori Pengkajian Puisi
Sebelum
memulai
dengan
teori
pengkajian
puisi,
penulis
akan memberikan
pengertian
mengenai
lirik
lagu
terlebih
dahulu
karena
penulis
akan
menggunakan
lirik lagu sebagai sumber analisis data. Kemudian, penulis akan memberikan teori
pengkajian
puisi
yang
akan
menjadi
landasan
teori
untuk
melakukan
analisis
lirik
lagu di dalam bab 3.
Word to PDF Converter | Word to HTML Converter