Adapun Rangda dan Barong pada galibnya merupakan kekuatan bersisi dua, yaitu
pelindung dan sekaligus perusak, oleh karena orang Bali menganggap kedua makhluk itu
secara bergantian menjadi penyebab wabah atau bencana lainnya, maupun sebagai
perlindungan terhadap petaka tersebut. Topeng yang merupakan wujud mereka
diupacarai
sedemikian
rupa
(pasupati) sehingga
menjadi
penampung
kekuatan
gaib.
Setelah berisi kesaktian tersebut,
untuk
memainkan
topeng
itu
menjadi berbahaya
(tenget)
dan
hanya
dapat
dilakukan
oleh
lelaki yang
telah
melalui
upacara
pembayatan
(dikutip
dari
Bali,
Pariwisata
Budaya
dan
Budaya
Pariwisata,
Picard
2006
(Belo
1949,
1960; Emigh 1984; Geertz 1994; Lovric 1987; Rickner 1972)).
Topeng
Barong
ditemukan
dalam
beberapa
wujud
binatang,
yang
paling
umum
dan juga yang paling sakti adalah Barong Ket, yang bukan merupakan wujud suatu
binatang tertentu, melainkan mirip lambang Kala-Boma, suatu simbol pelindung yang
wujudnya
menghiasi
gapura-gapura
dan
tempat
antar
ruang
lainnya.
Barong
Ket
berwujud makhluk menakjubkan yang digerakkan oleh dua penari laki-laki, dibawa
berak-arakan sekeliling desa (nglawang)
pada
waktu
perayaan
Galungan
dan
menari
di
depan ambang pintu setiap rumah penduduk. Ritus perlindungan ini bertujuan untuk
menaklukkan para Buta Kala, roh-roh jahat yang menularkan wabah dan menimbulkan
berbagai jenis petaka.
Kostum
Barong
beratnya
diperkirakan
sekitar
40
kg.
Bagian
badannya
terbuat
dari rangkaian bambu dan kayu yang dilapisi praksok, daun dari sejenis pohon keluarga
pandan-pandanan. Beberapa Barong menggunakan bulu-bulu burung gagak atau burung
merak sebagai pengganti praksok. Di atas bulu-bulu buatan
itu terdapat beberapa
potongan kulit dan kaca
yang dapat
menangkap cahaya. Kostum Barong digerakkan oleh
|