26
barbital dan strychnin, adrenalin dan
histamin. Pada antagonisme kompetitif, dua
obat bersaing secara reversibel
untuk
reseptor
yang sama,
misalnya antihistamin
dan
histamin.
Ada
juga
obat
obat
yang
bersaing
secara
tak
reversibel
untuk
molekul yang sama, misalnya zat zat chelasi pada keracunan logam.
b. Sinergisme adalah kerja sama antara dua obat atau dikenal dua jenis:
i.
Adisi. Efek kombinasi adalah sama dengan jumlah kegiatan dari masing
masing obat, misalnya kombinasi asetosal dan parasetamol, juga trisulfa.
ii.
Potensiasi.
Kedua
obat
saling
memperkuat
khasiatnya,
sehingga
terjadi
efek
yang
melebihi
jumlah
matematis dari
a
+
b.
Kedua
obat
kombinasi
dapat
memiliki kegiatan
yang
sama,
seperti
estrogen
dan
progesteron,
asetosal
dan
kodein.
Atau,
satu
obat
dari
kombinasi
memiliki efek
yang
berlainan, misalkan analgetika dan klorpromazin.
Sering
kali
kombinasi
obat
diberikan
dalam
perbandingan tetap
dengan
maksud
mengadisidaya kerja
terapeutisnya
tanpa
mengadisi
efek
buruknya,
seperti
pada trisulfa. Atau untuk mencegah
timbulnya
resistensi kuman, misalnya
kombinasi
INH
dan
PAS.
Kadang
kadang,
ditambahkan obat
pembantu
untuk
meniadakan
efek
samping
obat
pertama,
seperti
kalium
pada
diuretik
thiazid,
dan
ranitidin pada penggunaan NSAID.
Tersedianya kombinasi tetap dari dua atau
lebih obat
adalah praktis, karena
pasien
hanya
harus
minum
satu
tablet
atau
kapsul.
Kesulitan
yang
muncul
adalah
dosis
obat
tidak
dapat
diubah
tanpa
mengubah
pula
dosis
obat
kedua,
sedangkan
skema
pentakaran
untuk
kedua
obat
tidak
selalu
sama
berhubung
dengan
masa
paruh obat yang berlainan.
|