![]() 12
Ia terempas naik-turun, maju-mundur, sampai badai capek sendiri,
dan Edward melihat ia mulai turun pelan-pelan lagi ke dasar !aut.
Oh, tolong aku, pikirnya. Aku
tak mau lagi kembali ke sana. Tolong
aku.
-
Kemudian, tiba-tiba, jala besar dan Iebar milik nelayan terhampar dan
;·
.
menyambar si kelinci. Jala itu mengangkatnya makin tinggi dan terns makin
tinggi saihpai tampak cahaya yang nyaris membutakan mata dan Edward
kembali ke dunia, tergeletak di dek kapal, dikelilingi ikan-ikan.
"Eh,
apa ini?" tanya suara.
"Bukan ikan," kata suara lain. "Itujelas."
Cahayanya begitu terang sehingga Edward suiit melihat. Tapi
akhirnya, bentuk-bentuk bermunculan dari cahaya itu, kemudian wajah
wajah. Dan Edward memandang dua laku-laki, satu masih muda dan satu lagi
sudah tua.
"Kelihatarmya seperti boneka," ujar si pria tua yang lusuh. Ia
membungkuk dan memungut Edward, memegang tangannya, mengamatinya.
"Kelinci, kurasa. Ada ekornya. Dan
kuping kelinci, setidakuya bentuknya
kuping kelinci."
"Yeah, tentu, boneka kelinci," sahut pria yang lebih muda dan ia
berbalik.
,
"Akan lqlbawa pulang untuk Nellie. Biar ia membersihkan dan
inemoetulkannya. Memberikannya pada anak kecil."
Laki-laki tua
itu dengan h11ii-hati menaruh Edward di atas peti,
mengatur posisinya sehingga ia
duduk
tegak dan bisa memandang !aut.
Edward sangat berterirna kasih atas tindakan ini.
"Duduk
manis ya," kata laki-laki tua itu.
Ketika mereka kernbali ke pantai, Edward rnerasakan sinar rnatahari
di wajalrnya, angin rneniup sedikit bulu yang tersisa di kupingnya, dan
sesuatu pun bagai memenuhi dadanya, perasaan yang indah.
Di darat, nelayan tua itu berhenti untuk menyalakan pipa, kernudian,
dengan pipa teijepit di antara giginya, ia berjalan pulang, memanggul Edward
di bahu kiri seakan ia pahlawan yang menang perang. Ia berbicara pada kelinci
tersebut dengan suara lembut dan pelan saat mereka beijalan.
"Kau akan suka Nellie, pasti," kata si pria tua. "Ia sering bersedih,
tapi orangnya asyik kok."
"Itu dia," nelayan itu berkata. Ia mencabut pipa dari mulut dan
dengan batangnya menunjuk ke bintang di langit bewarna keunguan. "Di sana
Bintang Utara-mu. Kau takkan pernah tersesat kalau tahu di mana sobat itu."
Edward memandangi cahaya terang bintang kecil tersebut.
Apa semuanya punya nama? ia bertanya-tanya dalarn hati.
"Coba dengarkan aku ini,"
kata si nelayan, "bicara
pada boneka. Oh,
well, kita sampai." Dan dengan Edward masih di bahunya, nelayan itu
menyusuri jalan setapak natu dan masuk
ke rumah hijau kecil.
"Lihat
ini, Nellie," ia berkata. "Kubawa kau sesuatu
dari !aut."
|