![]() 13
Seorang wanita
tua
melangkah keluar
dari
dapur,
sambil
mengusapkan tangannya ke celemek. Ketika
melihat
Edward, ia
menjatuhkan
celemek itu
dan
menggenggam kedua tangannya sendiri, lalu
berkata,
"Oh,
Lawrence, kau
membawakan aku
kelinci."
-
"Oh," kata
Nellie,
"sini." Ia
bertepuk tangan
lagi
dan
Lawrence
menyerahkan Edward
padanya.
Nellie
memegang si
kelinci
di
depannya dan
memandanginya dari
ujung
rambut
sampai ujung
kaki.
Ia tersenyum. "Pemahkah
seumur hidupmu
kau
melihat sesuatu
yang
begini indah?" tanyanya.
Edward segera
merasa Nellie wanita
yang
sangat
tajam
matanya.
"Gadis ini
cantik," desah
Nellie.
Sesaat
Edward bingung. Apakah ada
benda
indah
lain
di
ruangan
ini?
"Kunamai apa
ya
dia?"
"Susanna?" usul
Lawrence.
"Cocok," Nellie
menimpali. "Susanna." Ia
menatap tajam
mata
Edward.
"Pertama-tama, Susanna butuh pakaian."
Jadi
Edward
Tulane pun
menjadi Susanna.
Nellie
menjahit beberapa
pakaian untuknya:
gaun
pink
berenda untuk
acara-acara istimewa, baju
sed
'
erhana
yang
dibuat
dari
kain
bermotifbunga-bunga untuk
dipakai sehari-
hari,
dan
gaun
putih
panjang
dari
bahan
katun
untuk
dipakai Edward saat
tidur.
Sebagai tambahan, ia
membuat lagi
telinga
Edward, membuang sisa-
-
4
.
sisa
bulunya dan
mendesain sepasang telinga
baru.
·
Mula-mula Edward
ngeri.
Bagaimanapun, ia
kan
kelinci
jantan.
Ia
.
tidakmau
dipakaikan baju-baju anak
perempuan. Dan
baju-baju itu,
yang
untuk .acara istimewa sekalipun, begitu
sederhana, begitu
biasa.
Tidak
anggun
dan
berseni seperti
bajunya yang
sebenarnya. Tapi
Edward lalu
teringat
pada
pengalamannya tergeletak
di
dasar
laut,
lumpur
di
wajahnya,
bintang-bintang
begitu
jatuh,
dania berkata pada
diri
sendiri, Apa
sih
bedanya sebetulnya?
''
·
Pakai
gaun
tidak
apa-apa kok.
Lagi
pula,
kehidupan di
rumah hijau
kecil
bersama si
nelayan
dan
·
sitrinya
tersebut
menyenangkan. Nellie suka
sekali
memasak, jadi
ia
seharian
di
dapur
terns.
Diletakkannya Edward
di
meja
dan
disandarkan di toples
tepung,
dirapikannya gaunnya di
bagian lutut.
Kemudian ia
mulai
bekerja, menguleni tepung
untuk
roti
dan
menggiling adonan untuk
kue
dan
pai.
Dan
sambil bekeija, Nellie
bicara.
Ia
bercerita pada
Edward tentang anak-anaknya, putrinya,
Lolly,
yang
bekeijajadi sekretaris, dan
anak-anak lelakinya: Ralph, yang
masukjadi
tentara,
dan
Raymond, yang
meninggal akibat radang
paru-paru ketika
baru
berumur
lima
tahun.
"Mengerikan,
menakutkan, sangat tidak
enak,
melihat
orang
yang
kau
sayangi meninggal di
hadapanmu dan
kau
tidak
bisa
berbuat
apa-apa untuk
menolongnya. Hamper setiap malam
aku
bennimpi tentang
dia."
Nellie
menghapus air
matanya dengan punggung tangan. Ia
tersenyum pada
Edward.
|