![]() 7
Kadang-kadang, kalau
Abilene membaringkannya di tempat
tidurnya,
ia
bisa
melihat
melalui
celah
di
gorden
dan
memandangi malam
gelap.
Pada
malam
yang
cerah,
bintang-bintang bersinar, dan
kelap-kelip cahayanya
menenangkan Edward dengan
cara
yang
tidak
bisa
dipahaminya. Sering
ia
menatap
bintang-bintang itu
sepanjang malam sampai
kegelapan akhimya
berganti menjadi
cahaya
fajar.
.
Dn seperti itulah
hari-hari Edward berlalu,
satu
demi
satu.
Tak
ada
kejadian luar
biasa.
Oh, sesekali
memang ada
drama
rumah
tangga
kecil.
Pemah, ketika
Abilene
ke
sekolah, anjing
tetangga, anjing
jantan
bewama
kelabu
bintik-bintik yang
entah
kenapa dinamai Rosie,
masuk
ke
rumah
tanpa
diundang dan
mengangkat sebelah
kakinya
di
meja
rnakan,
mengencingi
taplak meja
putih.
Ia
lalu
mendatangi dan
mengendus Edward, dan
sebelwn
Edward
sempat memikirltan apa
yang
akan
feijadi
kalau
ia
diendus
anjing,
ia
sudah
berada
dalam
mulut
Rosie
dan
Rosie
mengguncang-guncangnya penuh
semangat, sambil
menggeram dan
meneteskan air
liur.
Untunglah ibu
Abilene lewat
ruang
makan
dan
melihat penderitaan
Edward.
"Letakkan benda
itu!"
ia
berteriak
pada
Rosie.
Dan
Rosie,
kaget
sehingga jadi
menurut, mematuhi
perintahnya.
Setelan sutra
Edward kotor
kena
air
liur
dan
kepalanya
sakit
selama
bebe apa
hari
kemudian, narnun
egonyalah yang
paling
menderita. Ibu
Abilei).e menyebutnya "benda",
dan
marah
karena
taplak
mejanya
dikotori
.
Ur-ine anjing,
bukan
karena
penghlnaim yang
dialami
Edward akibat
berada
·
dalam'cengkraman rahang
Rosie.
. Kasus
Rosie
-
itulah
drama
terhebat dalam
hidup
Edward
sampai
malam ulang
tahun
kesebelas Abilene ketika
di
meja
rnakan,
saat
kue
ulang
tahun
dihidangkan, kapal
itu
disebut-sebut.
Malam
itu,
ketika
Abilene
bertanya apakah
ada
cerita,
seperti
yang
dilakukannya setiap
malam,
Pellegrina
menjawab,
"Malam
ini,
Nona,
akan
ada
cerita."
Abilene duduk
tegak
di
tempat
tidur.
"Kurasa Edward
hams
duduk
di
sini
denganku," katanya,
"supaya ia
bisa
mendengar ceritanya juga."
"Menurutku itulah
yang
terbaik," sahut
Pellegrina. "Ya,
kupikir
kelinci
itu
harus
mendengar ceritanya."
Zaman
dahulu ada
putri
yang
sangat
cantik. Ia
gemerlapan
bagai
bintang-bintang
di
langit
tanpa
bulan.
Tapi
apa
bedanya
bahwa
ia
cantik?
Nihil.
Tak
ada
bedanya.
"Kenapa tidak
ada
bedanya?" Abilene ingin
tahu.
"Karena," jawab
Pellegrina, "ia
putri
yang
tidak
menyayangi siapa
pun
dan
tidak
peduli
pada
rasa
sayang, meskipun banyak yang
menyayanginya."
Di
cerita
ini, Pellegrina berhenti
dan
menatap
Edward. Ia memandang
jauh
ke
dalam
matanya
yang
dicat,
dan
sekali
lagi, Edward merasa
sekujur
tubuhnya
bergidik.
|