Home Start Back Next End
  
9
"Ya," sahut
Pellegrina. "Prajurit-prajurit membawa babi
hutan
tersebut kembali  ke
istana
dan
juru
masak  membelah perutnya.
Di
dalamnya
ia
menemukan cincin  dari
emas
mumi. Malam  itu
banyak
yang
kelaparan di
istana
dan
semua
menunggu diberi
makan.
Jadijuru masak
memakai
cincin
itu
di
jarinya
dan
meneruskan memotong si
babi
hutan.
Dan
cincin
yang
ditelan
sang
putri
pun
bersinar 
eli
tangan  juru
masak
ketika
ia
melakukan
pekeljaaiinya. Selesai."
"Selesai?" kata
Abilene kesal.
"Ya," jawab
Pellegrina, "selesai."
"Tak  mungkin."
"Kenapa?"
"Karena terlalu
cepat.  Karena tidak
ada
yang
hidup
bahagia
selamanya, itu
sebabnya,''
Pellegrina
mengangguk. Ia
terdiam 
beberapa saat.
"Tapi
cobajawab
ini:
bagaimana
cerita
bisa
berakhir
bahagia 
kalau
tidak
ada
cinta?
Tapi. 
Yah.
Sekarang sudah
malam.
Dan
kau
harus
tidur."
"Edward," panggil  Abilene,
"aku
sayang  padamu.  Aku tak
peduli
berapa
pun
umurku,  aku
akan
selalu  menyayangimu."
'
Ya,
ya, pikir
Edward.
Rumah  di
Egypt
Street
jaeli pernah
aktivitas  ketika
keluarga
Tulane
berstap-siap menjelang peljalanan
mereka  ke Inggris.
Edward 
memiliki
peti
baju
K:ecil, dan
Abilene 
mengemasinya
untuknya,
mengisinya dengan  setelan­
,
sete!an
terbaik
Edward, beberapa
opi
terbaiknya, dan
tiga
pasang
sepatu,
semua
itu
supaya
si
kelinci
tampil 
memesona di
London.
Sebelum menaruh
masing-masing benda
tersebut eli
dalam 
peti.
Kemudian, akhimya, pada
suatu
Sabtu  pagi
yang
cerah
di bulan
mei,
Edward, Abilene, M.
Dan
Mrs.
Tulane naik
kapal,
bereliri di dekat
pagamya.
Pellegrina di
dok.
Di
kepalanya, ia
memakai topi
Iebar
yang
dihias
rangkaian
''  ·
bunga.
Ia
menatap lurus
Edward. Matanya yang
kelam
tampak
berkilau.
·
"Selamat tinggal !"Abilene
berteriak pada
neneknya.
"Aku  sayang
padamu."
Kapal  pun
menjauh dari
dok.
Pel!egrina melambai pada
Abilene.
"Selamat tinggal,
Nona!" serunya,
"Selamat
tinggal!"
Seperti  yang
bisa
diperkirakan, Edward Tulane  menarik  banyak
perhatian di
kapal.
"Kelinci yang
bagus
sekali," kata
wanita
tua
yang
memakai 
kalung
mutiara  tiga
lapis.
Ia
membungkuk untuk
memandang Edward  lebih
cermat.
"Terima kasih," sahut
Abilene.
Beberapa gadis
kecil
eli
kapal  melirik
Edward  lama-lama karena
kepingin. Mereka
bertanya pada
Abilene apakah  boleh
memeluknya.
"Tidak," jawab
Abilene, "menurutku
ia bukan
jenis
kelinci
yang
suka
dipeluk  orang
yang
tak
dikenal."
Dua
anak
laki-laki, kakak-beradik bemama Martin  dan
Amos,
menaruh  minat
pada
Edward.
Word to PDF Converter | Word to HTML Converter