Home Start Back Next End
  
10
"Apa  yang
bisa
dilakukannya?" Martin
bertanya
pada
Abilene
pada
hari
kedua
mereka
di !aut.
Ia
mennnjuk Edwrad  yang
duduk
di
kursi
dek,
kakinya
yang
panjang
terjulur  di
hadapannya.
"Ia
tidak
bisa
apa-apa," sahut
Abilene.
."Ia bisa
bergerak
karena  punya
pegas,
ya?" tanya
Amos.
"Tidak," kata
Abilene,  "ia
tidak
punya
pegas
kok."
"Lalu apa
gunanya
dia?"
Martin
menukas.
"Gunanya ya
jadi
Edward," balas
Abilene.
"Kurang berguna  ah,"
kata
Amos.
"Betul," Martin
menimpali.
Kemudian, setelah
lama
berpikir,
ia
berkata,
"Aku
sih
tidak
bakal
mau
didandani seperti
itu."
Edward,
seperti  biasa,
mengabaikan percakapan  tersebut.
Angin
semilir
bertiup
dari
!aut,
dan
syal
sutra
di
sekeliling
lehernya
melarnbai
di
belakangnya. Di
kepalanya,
ia
memakai
topi
jerarni.
Kelinci
itu
berpikir
ia
pasti
tampak
memesona.
Ia kaget
bukan
kepalang waktu
disambar  dari
kursi
dek
dan
mula­
mula
syalnya,
lalu
jaket
dan celananya, disentakkan dari
badannya.
Ia
mendengar jam
sakunya
jatuh
di
dek
kapal;
kemudian,  dalam
posisi
terbalik,
ia Ihenatap
jam
itu
menggelinding riang
ke
arah
kaki 
Abilene.
"TIDAK!!!!!" pekik
Abilene.
,
Edward  memerhatikan sekarang.  Ia
ngeri
sekali.
Ia
telanjang  bulat,
Cuma
ada
topi
di
kepala,
dan
penumpang-penumpang lain
di
kapal
ineniandanginya, melontarkan
lirik(Ui ingin
tahu
dan
malu
ke arahnya.
·'
"Kembalikan dia
padaku!" Abilene  berteriak.  "Ia
punyaku." jerit
Abilene. 
"Jangan
lemparkan dia.
Ia terbuat  dari
porselen.
Ia bisa
pecah."
Martin
melemparkan Edward.
Dan
Edward  melayang telanjang di
udara.
Baru
sesaat
yang
lalu
kelinci
itu
berpikir
bahwa
telanjang di
depan
sekumpulan
penwnpang
yang
''
·  tak
dikenalnya adalah 
peristiwa  paling
buruk  yang
bisa
menimpanya. Ia salah.
Jauh
lebih
buruk
dilempar-lempar begini,
dalam
keadaan
telanjangjuga,
dari
tangan
anak
laki-laki  yang
kasar
dan
tertawa-tawa ke tangan
anak
laki-laki
lain.
"Lemparkan dia
kemari!" Martin 
berseru.
Amos
mengangkat tangan,
namun
tepat
ketika
ia
bersiap
melemparkan Edward,
Abilene  menyerangnya, menyerudukkan kepalanya
ke
perut
bocah
itu, sehingga
mengacaukan arah
lemparannya.
Jadi
Edward  tidak
terbang kembali ke
tangan
kotor
Martin.
Edward  terjun
ke !aut.
Bagaimana kelinci
porselen 
mati?
Apakah
kelinci  porselen  bisa
mati?
Apakah
topiku
masih
di
kepala?
Inilah
pertanyaan-pertanyaan yang
diajukan Edward  pada
dirinya
sendiri
ketika
ia melayang  menuju
!aut
biru.
Matahari  tinggi
di
langit,
dan
dari
Word to PDF Converter | Word to HTML Converter