Home Start Back Next End
  
4
Wayang
ialah
asli
Indonesia.
Wayang
memiliki
landasan yang
kokoh.
Landasan
utamanya
memiliki
sifat
Hamot
(
keterbukaan untuk
menerima
pengaruh
dan
masukan
dari
dalam
dan
luar
)
,
Hamong
(
kemampuan
untuk
menyaring  
unsur-unsur  
baru  
itu  
sesuai  
nilai-nilai   warna  
yang  
ada)  
,
Hamemangkat
(memangkat suatu
nilai
menjadi
nilai
baru.
Periodisasi
perkembangan budaya wayang juga merupakan suatu hahasan yang menarik)
Bermula
zaman
kuna
ketika
nenek
moyang
bangsa
Indonesia masih
menganut
animisme
dan
dinamisme. Paduan
dari
animisme
dan
dinamisme
ini
menempatkan roh
nenek
moyang
yang
dulunya
berkuasa,
tetap
mempunyai
kuasa.
Mereka
tetap
dipuja
dan
dimintai
pertolongan. Roh
nenek
moyang
yang
dipuja 
ini  disebut  ‘hyang atau dahyang’.  Orang  bisa  berhubungan  dengan
hyang atau dahyang’  ini  melalui  seorang  medium  yang  disebut  ‘syaman’.
Ritual
pemujaan nenek
moyang ‘hyang
dan
syaman
inilah
yang
akhirnya
menjadi asal
mula pertunjukkan wayang. ‘hyang’ menjadi wayang dan ‘syaman
menjadi
dalang.
Sedangkan
ceritanya
ialah
petualangan dan
pengalaman
nenek
moyang.
Bahasa
yang
digunakan ialah
bahasa
Jawa
asli
yang
masih
dipakai
hingga
sekarang.
Jadi,
wayang
berasal
dari
ritual
kepercayaan nenek
moyang
bangsa Indonesia disekitar tahun 1500 SM.
Berjalan
dengan
seiringnya
waktu,
wayang
terus
berkembang
sampai
pada masuknya agama Hindu di Indonesia sekitar abad keenam.
Dalam
pewayangan cerita,
bermula
dari
kisah
Ramayana
yang
terus
bersambung
dengan
Mahabrata, dan
diteruskan
dengan
kisah
zaman
kerajaan
kediri.
Falsafah
Ramayana
dan
Mahabrata
yang
Hinduisme
diolah
sedemikian
rupa sehingga diwarnai nilai-nilai agama Islam.
Masuknya
agama
Islam
ke
Indonesia pada
abad
ke-15,
membawa
perubahan yang
sangat
besar
terhadap
kehidupan masyarakat
Indonesia.
Perubahan
besar-besaran tersebut,
tidak
saja
terjadi
dalam
bentuk
dan
cara
pergelaran wayang,
melainkan juga
isi
dan
fungsinya. Bentuk
wayang
yang
semula
realistik
proporsional seperti
tertera
dalam
relief
candi-candi, distilir
menjadi 
bentuk 
imajinatif 
seperti 
sekarang 
ini. 
Selain 
itu, 
banyak 
sekali
tambahan
dan
pembaharuan
dalam
peralatan
seperti
kelir
atau
layar,
blencong
atau
lampu
sebagai
alat
penerangan
pada
pertunjukkan
wayang
kulit
dan
juga
mempunyai
makna
simbolik,
yaitu
memanfaatkan masukan
serta
pengaruh
budaya
lain
baik
dari
dalam
maupun
dari
luar
Indonesia, debog
yaitu
pohon
pisang untuk menancapkan wayang, dan masih banyak lagi.
Asal
usul
wayang Indonesia
menjadi jelas dan
mudah dibedakan dengan
seni
budaya
sejenis
yang
berkembang
di
India,
Cina,
dan
negara-negara di
kawasan
Asia
Tenggara.
Tidak
saja
berbeda
bentuk
serta
cara
pementasannya,
cerita
Ramayana
dan
Mahabrata
yang
digunakan
juga
berbeda.
Cerita
terkenal
ini
sudah
digubah
sesuai
nilai
dan
kondisi
yang
hidup
dan
berkembang di
Indonesia.
Keaslian
Wayang
bisa
ditelusuri
dari
penggunaan bahasa
seperti
Wayang, kelir,
blencong, kepyak, dalang,
kotak
dan
lain-lain. Kesemuanya
itu
Word to PDF Converter | Word to HTML Converter