5
menggunakan
bahasa
Jawa
asli.
Berbeda
dengan
cempala,
yaitu
alat
pengetuk
kotak
yang
menggunakan bahasa
sansekerta.
Biasanya
wayang
selalu
menggunakan bahasa campuran yang biasa disebut basa rinengga.
B. Filosofi Wayang
Kekuatan
utama
budaya
Wayang
ialah
kandungan nilai
falsafahnya.
Wayang
yang
tumbuh
dan
berkembang
sejak
lama
itu
ternyata
berhasil
menyerap berbagai
nilai-nilai keutamaan hidup dan dapat terus dilestarikan
dalam pertunjukkan wayang.
Memasuki pengaruh agama Islam, kokoh sudah
landasan wayang sebagai
tontonan
yang
mengandung tuntunan,
yaitu
acuan
moral
budi
luhur
menuju
terwujudnya akhlaqul
karimah.
Wayang
bukan
lagi
sebagai
tontonan
bayang-
bayang
atau
shadow
play,
melainkan
sebagai
wewayangane
ngaurip,
yaitu
bayangan hidup manusia.
Wayang
juga
dapat
secara
nyata
menggambarkan
konsepsi
hidup
sangkan
paraning damadi,
yang berarti
:
manusia berasal dari
Tuhan dan akan
kembali keribaan-Nya.
banyak
ditemui
seni
budaya
semacam
wayang
yang
terkenal
dinegara
lain dengan sebutan puppet show, namun tidak seindah dan
sedalam
maknanya
Wayang Kulit Purwa.
C. Perkembangan Wayang
Berasal dari
zaman animisme, wayang terus
mengikuti perjalanan sejarah
bangsa sampai pada
masuknya agama
Hindu
di Indonesia sekitar abad keenam.
Pertunjukan roh
nenek
moyang
itu
kemudian
berkembang menjadi
cerita
Ramayana
dan
Mahabarata.
Selama
abad
X
hingga
XV,
wayang
berkembang
menjadi ritual agama dan pendidikan kepada masyarakat.
Semasa
Kerajaan-kerjaan
Hindu-Budha
ini,
kepustakaan
wayang
mencapai
puncaknya. Pegelaran
wayang
yang
sudah
bagus,
diperkaya
lagi
dengan
penciptaan peraga
wayang
dari
kulit
yang
dipahat,
diiringi
gamelan
dengan tatanan pentas yang bagus.
Wayang
seolah-olah identik
dengan
Ramayana
dan
Mahabarata yang
aslinya
berasal
dari
India.
Namun
perlu
dimengerti bahwa
Ramayana dan
Mahabarata versi India itu sudah banyak berubah di versi indonesianya.
Yang
sangat
menonjol
perbedaannya adalah
falsafah
yang
mendasari
kedua
cerita
itu,
terlebih
setalah
masuknya
agama
Islam.
Hinduisme dioleh
sedemikian
rupa
sehingga
menjadi
diwarnai
nilai-nilai
agama
Islam.
Wayang
diperkaya lagi dengan begitu banyaknya cerita gubahan baru yang disebut lakon
caranga
,
sehingga
cerita
Ramayana
dan
Mahabarata menjadi
benar-benar
berbeda dari aslinya.
|