Dikemukakan oleh Mohammad Surya (dalam Saomah, 2006)
bahwa siswa-siswi
yang tinggal di asrama dituntut untuk mampu
melakukan penyesuaian diri dengan lingkungannya yang baru, dengan
teman yang baru, kebiasaan hidup, pengelolaan diri, serta tuntutan sosial
yang semuanya baru. Siswa-siswi
berasal dari berbagai daerah yang
mempunyai latar belakang sosial, budaya, tingkat
kecerdasan,
kemampuan akademik yang sangat beragam. Kondisi ini sangat kondusif
untuk membangun wawasan nasional dan siswa-siswi
terbiasa
berinteraksi dengan teman-temannya yang berbeda sehingga sangat baik
bagi anak untuk melatih wisdom anak dan menghargai pluralitas.
Munculnya beberapa mitos mengenai boarding school, yang salah
satunya bahwa siswa-siswi yang pernah bersekolah di boarding school
merupakan anak-anak yang bermasalah, namun kenyataannya
berdasarkan penelitian yang TABS lakukan 60% responden
menentukan
masuk sekolah boarding school
karena
keinginannya untuk memiliki
kesempatan lebih baik
pendidikan. Selain itu,
95% siswa-siswi
boarding
school
mengatakan bahwa kehidupan
sosial mereka
tidak
berhubungan
dengan obat
dan alkohol,
dibandingkan dengan
82% dari siswa-siswi
sekolah umum.
Boarding school
menyediakan sarana dan prasarana untuk
memenuhi kebutuhan
siswa. Lengkapnya fasilitas yang ada untuk
menyalurkan bakat dan hobi siswa-siswi. Siswa-siswi di boarding school
memiliki kesempatan untuk mengeksplorasi berbagai kepentingan,
mengambil bidang yang diminati, dan menunjukkan bakat mereka
(Gaztambide-Fernández, Rubén, 2009). Ini adalah salah satu yang
dijanjikan oleh boarding school
untuk menarik perhatian para siswa-siswi
untuk masuk ke sekolah ini.
|