![]() 67
inkonsistensi 0%. Dalam pemakaian
sehari-hari CI tersebut biasa disebut
indeks inkonsistensi karena rumus (2.2) di
atas memang lebih cocok untuk
mengukur inkonsistensi suatu matriks. Indeks inkonsistensi di atas kemudian
diubah ke dalam bentuk rasio
inkonsistensi dengan cara membaginya dengan
suatu indeks random
( RI ). Dari 500 sampel matriks acak dengan skala
perbandingan 1 sampai 9, untuk beberapa orde matriks Saaty mendapatkan
suatu nilai rata rata RI seperti pada Tabel 2.6.
Tabel 2.6. Nilai Indeks Random ( RI )
n
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
RI
0
0
0.58
0.9
1.12
1.24
1.32
1.41
1.45
1.49
1,51
1,48
1,56
1,57
1,59
N
= Ukuran Matriks
RI
= Indeks Random
Sumber : Bernardus dkk, 2012, p.268
Dengan membandingkan antara CI dan RI akan di dapat suatu patokan
yang menyatakan suatu matriks bersifat konsisten atau tidak. Perbandingan
antara CI dan RI dikatakan sebagai Consistency Ratio (CR).
Secara
matematis dapat dinyatakan sebagai berikut :
Selanjutnya konsistensi responden dalam mengisi kuesioner diukur.
Pengukuran konsistensi ini dimaksudkan untuk melihat ketidakkonsistenan
respon yang diberikan responden. Saaty (1980) telah menyusun nilai CR
(Consistency Ratio) yang diizinkan adalah CR < 0.1. (Bernardus dkk, 2012,
p.269)
|