5
dalam
pengembangan pergelaran
kawasan
perairan.
Kenyataan
ini
telah
dinikmati
oleh
pengembangan: Taman Angsa Arsipel Indonesia dan Taman Akuarium Air Tawar.
2.1.4 Sejarah TMII
Siti
Hartinah
Soehartoyang
akrab
dipanggil
Ibu
Tien
Soehartomempunyai
gagasan
membangun kawasan
wisata
Taman
Mini
Indonesia
Indah.
Prakarsa
itu
diilhami
oleh
pidato
Presiden
Soeharto
tentang
keseimbangan pembangunan antara
bidang fisik - ekonomi dan bidang mental-spiritual.
Selaku ketua Yayasan Harapan Kita (YHK),
yang berdiri pada tanggal 28
Agustus
1968,
Ibu
Tien
Soeharto
menyampaikan gagasan
pembangunan
Miniatur
Indonesia
pada
rapat
pengurus
YHK
tanggal
13
Maret
1970
di
Jl.
Cendana
No.
8,
Jakarta.
Bentuk
dan
sifat
isian
proyek
berupa
bangunan utama
bercorak
rumah-rumah
adat
daerah
yang
dilengkapi
dengan
pergelaran
kesenian,
kekayaan
flora-fauna,
dan
unsur
budaya
lain
dari
masing-masing daerah
yang
ada
di
Indonesia.
Gagasan
itu
dilandasi,
antara
lain,
semangat
untuk
membangkitkan kebanggaan
dan
rasa
cinta
terhadap tanah air dan bangsa serta
untuk
memperkenalkan
Indonesia secara utuh
beserta
dengan
seluruh
keanekaragaman budayanya kepada
bangsa-bangsa
lain
di
seluruh dunia.
Tanggal
30
Januari
1971,
pada
penutupan Rapat
Kerja
Gubernur,
Bupati,
dan
Walikota seluruh
Indonesia di Istana Negara
yang
juga dihadiri oleh Presiden, Ibu
Tien
Soeharto
dengan
didampingi Menteri
Dalam
Negeri
Amir
Mahmud
untuk
pertama
kalinya
memaparkan
maksud
dan
tujuan
pembangunan
Miniatur
Indonesia
Indonesia
Indah
di
depan
umum.
Berbagai
saran,
tanggapan, dan
pemikiran
dari
berbagai
kelompok
masyarakat pun
muncul,
yang
sebagian
besar
mendukung pembangunan
proyek tersebut.
Pada
tanggal 11
Agustus
1971,
dengan surat
YHK,
Ibu
Tien
Soeharto
menugaskan Nusa Consultans untuk
membuat rencana
induk dan studi kelayakan. Tugas
itu selesai dalam waktu 3,5 bulan.
Lokasi
pembangunan proyek
awalnya
berada
di
daerah
Cempaka
Putih,
di
atas
tanah seluas + 14 hektar. Namun Gubernur DKI Jakarta Ali Sadikin
menyarankan lokasi
di daerah sekitar Pondok Gede, Kecamatan Pasar Rebo, dengan luas tanah ± 100 hektar.
Selain
lebih
luas,
lokasi
itu juga
mengikuti perkembangan kota Jakarta di kemudian
hari.
Ibu
Tien
Soeharto
menerima saran
tersebut,
karena
dengan
lahan
yang
lebih
luas
memungkinkan proyek
miniatur
Indonesia
menampilkan
rumah-rumah
adat
daerah
dan
bangunan-bangunan lain dalam ukuran yang sebenarnya.
Pada
tanggal
30
Juni
1972
pembangunan dimulai
tahap
demi
tahap
secara
bersinambung. Rancangan bangunan
utama
berupa
peta
relief
Miniatur Indonesia
berikut
penyediaan airnya,
Tugu
Api
Pancasila,
bangunan
Joglo,
dan
Gedung
Pengelolaan disiapkan
oleh
Nusa
Consultants berikut
pembuatan
jalan
dan
penyediaan
kaveling
tiap-tiap
bangunan.
Rancangan
bangunan
lain, seperti bangunan
khas tiap
|