12
Styrofoam
Kemasan berbahan styrofoam atau bisa juga disebut polystyrene sering menjadi
pilihan para pedagang untuk dipakai karena dapat mencegah kebocoran, dan dapat
tetap mempertahankan bentuknya saat dipegang. Selain itu bahan ini dapat
mempertahankan panas dan dingin, tetapi tetap nyaman dipegang, mempertahankan
kesegaran dan keutuhan bahan yang dikemas, biaya murah, lebih aman, serta ringan.
Bahan ini sering digunakan untuk kemasan pada makanan katering, mie instan,
makanan siap saji, sayur-sayuran, buah-buahan. Penggunaan bahan styrofoam
diragukan keamanannya, karena bahan utama pembuatan styrofoam yaitu stiren
dan
butadien sebagai bahan penguat, maupun DOP datau BHT sebagai plasticier-nya
bersifat mutagenik (mampu mengubah gen) dan potensial karsinogen (merangsang
pembentukan sel kanker). Bahan-bahan tersebut, khususnya stiren dapat larut dalam
air, lemak, alkohol, maupun asam. Semakin lama penggunaan bahan ini pada
makanan, maka semakin besar perpindahan bahan-bahan yang bersifat toksik ke
makanan atau minuman yang ada di dalamnya, terutama apabila makanan atau
minuman tersebut mengandung lemak atau minyak.
Divisi Keamanan Jepang, Juli, 2001, menyatakan bahwa residu styrofoam dalam
makanan dapat menyebabkan endocrine disrupter (EDC), yaitu suatu penyakit yang
terjadi akibat adanya gangguan sistem endokrinologi dan reproduksi manusia akibat
bahan kimia karsinogen pada makanan. Di Indonesia pada jajanan pinggiran,
styrofoam terkadang dipakai sebagai wadah makanan, sehingga bisa dipakai sekali
lalu langsung dibuang.
Kertas
Bahan kemasan ini sangat banyak dipakai oleh para pedagang jajanan pinggiran.
Jajanan seperti gorengan tempe, tahu, bakwan, pisang, ubi, singkong, donat, bolang-
baling, lumpia, piscok, dan banyak lainnya biasa dikemas dalam keadaan masih panas
dengan menggunakan kertas koran dan majalah bekas. Bahan kertas koran dan
majalah ini mengandung timbal (Pb) melebihi batas yang ditentukan. Bahan yang
panas dapat mempermudah perpindahan timbal ke makanan, jika dikonsumsi, timbal
masuk ke dalam tubuh melalui saluran pernafasan dan pencernaan menuju sistem
peredaran darah dan menyebar ke berbagai jaringan lain seperti ginjal, hati, otak,
syaraf, dan tulang.
Melamin
|